Kebangkitan Kembali Theosofi Indonesia

Oleh : Adian Husaini

Dalam bukunya, Tren Pluralisme Agama, Dr. Anis Malik Thoha memasukkan Theosofi sebagai salah satu aliran dalam paham Pluralisme Agama. Mungkin tidak banyak yang mencermati, bahwa saat ini, kaum Theosofi di Indonesia sedang bangkit lagi. Secara terbuka, kelompok ini mengkampanyekan ide-idenya, dengan menerbitkan sebuah majalah bernama THEOSOFI INDONESIA. Ada juga perkumpulan Theosofi, bernama Persatuan Warga Theosofi Indonesia (Perwathin). Pengurus Besarnya kini beralamat di Jl. Anggrek Nelly Murni, Blok A-104, Jakarta. Alamat redaksi majalahnya di Metro Permata I, Blok I 3/7 Jln Raden Saleh, Karang Mulya, Ciledug.

Tentang Theosofi dan Perhimpunan Theosofi, ditulis dalam majalah ini sebagai berikut: (*) Perhimpunan Teosofi didirikan pada 1875, merupakan suatu badan internasional yang tujuan utamanya adalah persaudaraan universal berdasarkan pada realisasi bahwa hidup, dalam berbagai bentuk yang berbeda, manusia dan non-manusia, merupakan kesatuan yang tak terbagi; (*) Perhimpunan Teosofi tidak memaksakan kepercayaan apapun pada anggota-anggotanya, yang disatukan karena pencarian kebenaran dan keinginan untuk belajar tentang makna dan tujuan eksistensi dengan melibatkan diri dalam studi perenungan, kemurnian hidup dan pengabdian dengan penuh kasih; (*) Teosofi menawarkan sebuah filsafat, yang membuat hidup jadi lebih dimengerti dan menunjukkan bahwa keadilan dan cinta kasih membimbing alam semesta ini; (*) ajaran-ajarannya membantu mengembangkan kodrat spiritual yang masih laten dalam diri manusia, tanpa ketergantungan dan rasa takut.
Helena Petrona Blavatsky
Pendiri the Theosophical Society

Perwathin didirikan pada 31 Juli 1963, dan disahkan sebagai badan hukum oleh pemerintah dengan SK Menteri Kehakiman tgl. 30 November 1963 No J.A/146/23 dan tanggal 7 Desember 1971 No J.A 5/203/5 Berita Negara No 2 tahun 1972 Tambahan Berita Negara RI tgl 7 Januari 1972 No 2.

Disebutkan dalam majalah THEOSOFI, bahwa Perwathin tidak memihak satu aliran apapun juga dan terdiri dari anggota-anggota yang mencari kebenaran. Mereka berusaha memajukan persaudaraan dan mengabdi kepada kemanusiaan. Perwathin bertujuan untuk: (1) Mengadakan inti persaudaraan antar sesama manusia dengan tidak memandang bangsa, kepercayaan, kelamin, kaum atau warna kulit. (2) Memajukan pelajaran mencari persamaan di dalam agama-agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan. (3) Menyelidiki hukum-hukum alam yang belum dapat diterangkan dan kekuatan-kekuatan di dalam manusia yang masih terpendam.

Camat Lubukbasung di Manggopoh


Rahmat Lasmono dilantik Bupati Agam, Indra Catri, sebagai camat Lubukbasung, Jumat (8/4) dihalaman kantor Lubukbasung di Manggopoh. Kita menekankan pada pejabat yang mnjalankan amanah, hendaknya jujur dan ikhlas melaksanakan tugas.

Ajaran agama menegaskan jabatan bukan kontrak sosil antara sang pejabat dan atasan tetapi ikatan perjanjian antara dia dengan tuhan,"kata Bupati Agam, Indra Catri,kepada  Padang Ekspres, kemarin.

Tokoh masyarakat Manggopoh, Ali Umar Dt. Rajo Mudo berharap pelayanan prima dan tepat waktu serta biaya murah dalam kepengurusann di kantor camat agar tetap bisa dilanjutkan dan ditingkatkan.

Wilayah Kecamatan Lubuk Basung

Lubuk Basung adalah sebuah kecamatan dan sekaligus menjadi nama ibu kota dari Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Indonesia.

Luas wilayah seluruhnya 33,226 Ha, atau sekitar 6,33% dari luas Kabupaten Agam. Kecamatan yang berkedudukan pada ketinggian rata-rata dari atas permukaan laut 102 meter, dan suhu udara maksimum mencapai 30º C dan minimum mencapai 25º C memiliki batas-batas administratif wilayah sebagai berikut:

·         Sebelah Utara: Kecamatan IV Nagari
·         Sebelah Selatan: Kabupaten Padang Pariaman
·         Sebelah Timur: Kecamatan Tanjung Raya
·         Sebelah Barat: Kecamatan Tanjung Mutiara

Dengan pindahnya pusat pemerintahan Kabupaten Agam dari Bukittinggi ke Lubuk Basung pada tanggal 19 Juli 1993 secara defacto kemudian diperkuat dengan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 8 Tahun 1998, maka Lubuk Basung dengan pusat pemerintahan dipindahkan ke Manggopoh. Setelah memasuki era otonomi daerah, istilah desa dan sistem pemerintahan didalamnya diubah menjadi nagari dengan sistem pemerintahan yang berpola kepada adat istiadat masyarakat Kabupaten Agam. Dengan demikian wilayah Kecamatan Lubuk Basung terbagi kedalam 5 Nagari dengan 26 jorong yang masing-masingnya yaitu:

APAKAH SEKULERISME ITU..?

Pertanyaan singkat, namun membutuhkan jawaban panjang, terang dan jelas. Setiap muslim seyogyanya mengetahui jawaban yang benar dari pertanyaan ini.

Dan untuk mengetahui jawaban pertanyaan tersebut, maka tidaklah sulit. Kita dapat mengetahuinya melalui kamus-kamus dari negeri-negeri Barat yang menjadi awal munculnya istilah tersebut. Dalam kamus Bahasa Inggris, kata sekuler ( علماني ) mempunyai arti:

1. Duniawi ( دنيوي )atau materi( مادي ) .

2. Bukan keagamaan ( ليس بديني ) dan bukan kerohanian ( ليس بروحاني ).

3. Bukan peribadatan[1] ( ليس بمترهب ) dan bukan kerahiban ( ليس برهباني ).

Dalam kamus itu juga djelaskan arti kata sekurelisme ( علمانية ), yaitu:

Sekulerisme: adalah suatu pandangan yang menyatakan bahwa akhlak dan pendidikan tidak harus didasarkan pada ajaran agama.

Dalam Da’irah Al-Ma’arif Al-Brithaniyyah (Ensiklopedi Britania) dinyatakan bahwa sekularisme adalah suatu gerakan sosial yang bertujuan merubah kecenderungan ummat manusia terhadap urusan akhirat beralih kepada urusan dunia semata.

Ketika menjelaskan sekulerisme, Ensiklopedi Britania juga menyinggung tentang kecenderungan atau kekafiran ( إلحاد ), dan membaginya dua macam, yaitu:

1. Kekafiran teoritis.

2. Kekafiran praktis, dan di sinilah terjadinya sekulerisme [2].

Dari penjelasan, ada dua hal yang dapat dikemukakan, yaitu:

Pertama: sekularisme adalah salah satu mazhab kekufuran yang bertujuan hendak menjauhkan agama agar tidak mencampuri urusan dunia. Ia merupakan madzhab yang berupaya meraih kepemimpinan dunia dalam aspek politik, ekonomi, kemasyarakatan, moral, perundang-undangan dan aspek-aspek lainnya, yang tidak dicampuri oleh perintah dan larangan agama.

Ruduih Mandeh Siti di Museum Perjuangan Tridaya Eka Dharma

Museum Perjuangan Tridaya Eka Dharma terletak di Jl. Panorama No. 24 Bukit Tinggi, tepat di depan area objek wisata Goa Jepang. Peresmian museum ini oleh Bp. Dr. H. Mohammad Hata, proklamator kemerdekaan RI pada tanggal 16 Agustus 1973. Museum ini terbuka untuk masyarakat umum yang memiliki ratusan koleksi senjata zaman perang,

Berikut adalah koleksi senjata, baik senjata tradisional maupun modern, dari pistol sampai meriam dan perlontar granat.


Senjata-senjata tradisional ini digunakan para pejuang Sumatera Barat dalam Perang Paderi, Perang Kamang dan Perang Manggopoh.

1. Badik Setengga, digunakan dalam perang Kamang (1024)
2. Pedang Datuk Putih, digunakan dalam perang Paderi (1821)
3. Parang Mandeh Siti, digunakan dalam perang Manggopoh (1908)
4. Ruduih, digunakan dalam perang Manggopoh (1908)
5. Pupuik Tanduak, digunakan dalam perang Kamang (1908) sebagai tanda bahaya.

Siti Manggopoh: Sebuah Pemberontakan Terhadap Kesewenangan

Oleh Sulaiman Juned

Teater digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan kembali sejarah, karena teater merupakan sebuah wujud seni pertunjukan yang mengajak masyarakat untuk mengenal banyak hal, salah satunya sejarah bangsa. Bangsa Indonesia memiliki catatan sejarah yang yang luar biasa, salah satunya sejarah tokoh perempuan di Sumatra Barat yang bernama Siti Manggopoh. Siti Manggopoh pejuang dari desa kecil terpencil di Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam.

Siti Manggopoh pejuang yang ikut berjuang bersama laki-laki tanpa menghiraukan perbedaan gender. Seorang tokoh perempuan yang tidak berkoar-koar terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Ia juga tidak mau melawan kodrat dan fitrahnya sebagai perempuan, tetapi sanggup menjadi pemimpin dari laki-laki pejuang lainnya. Ia dikenal sebagai Singa betina dari Manggopoh.

Zainal, Pengusaha Malaysia Asal Manggopoh Kini Bergelar Datuk Jalelo

AGAM (KoranDigital.Com) – Zainal (43), warga Mangopoh perantau yang sukses di Malaysia dinobatkan para kemenakannya Suku Koto dan kini menyandang gelar adat Dt. Jalelo untuk duduk sama rendah tegak sama tinggi dengan penghulu lainnya di Nagari Mangopoh Lubuk Basung pada Minggu (27/6/2010) lalu.

Zainal yang memulai rantaunya di negeri jiran Malaysia semenjak 1985 dan sekarang telah sukses dalam usaha dagang barang harian di Selangor dan telah tergabung sebagai ahli (anggota) perantau Minang di Malaysia yang diketuai oleh Tengku Jarir Bin Musa, kerabat Diraja Dipertuan Negeri Sembilan itu, sekarang dengan penuh keikhlasan menerima penobatan oleh ninik mamak, penghulu ‘nan gadang basa batuah’ dan imam-khatib Nagari Mangopoh sebagai penghulu/datuak dalam kaum Suku Koto di Jorong Kubu Anau Nagari Mangopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam dengan gelar kebesaran Dt. Jalelo.

Sebagaimana yang disampaikan Ajo Alizar, kakak kandung Zainal yang bergelar Dt. Jalelo tersebut kepada KoranDigital.Com bahwa dinobatkannya Alizar menyandang gelar adat Dt. Jalelo itu adalah atas kesepakatan kaum termasuk anak pusako, lantaran Amir (80) yang menyandang gelar Dt. Jalelo sebelumnya sudah tua dan tidak kuat lagi mengurus anak kemenakan.

Sesuai dengan ‘barih balabeh’ adat di Nagari Mangopoh pengangkatan Zainal sebagai Dt. Jalelo telah ‘dibarih makan paek’, memenuhi prosedur adat. Barawal dari kesepakatan anak kemenakan nan sarumah yang dipimpin oleh tungganai rumah, kemudian dilanjutkan mencarai kesepakatan kaum yang dipimpin oleh mamak kepala waris dan berlanjut kepada ninik mamak. Atas kesepakatan seluruh anak kemenakan Pasukuan Koto dalam Batang Payuang Dt. Jalelo itu maka ‘siriah di carono’ dihantar ke penghulu Nagari Mangopoh dalam kesatuan Kerapatan Adat Nagari Mangopoh untuk meminta persetujuan penghulu-penghulu yang ada di Nagari Manggopoh.

Salihati [Sikumbang-Rajo Bandaro]

Salihati [Sikumbang-Rajo Bandaro] by Ir. H. Muhammad Yamin

Dt.bintaro Rajo I

Dt.bintaro Rajo i

Suku Minangkabau

Suku Minangkabau

MANDE Sikumbang [Rajo Dihilir]

MANDE Sikumbang [Rajo Dihilir]

Lenggo Geni [Tanjung-Ganto Suaro]

Lenggo Geni [Tanjung-Ganto Suaro]

Kalasun [Tanjung-Ganto Suaro]

Kalasun [Tanjung-Ganto Suaro]


Damsyiah [Chaniago-Tumbijo]

Damsyiah [Chaniago-Tumbijo]

Suri [Jambak-Rangkayo Tuo]

Suri [Jambak-Rangkayo Tuo]

PINTA [Chaniago-Mandindiang Basa]

PINTA [Chaniago-Mandindiang Basa]

Mande [Mandahiliang-Indo Marajo]

MANDE Mandahiliang [Indo Marajo]

MANDE [Tanjung-Talud API]

MANDE [Tanjung-Talud API] by Ir. H. Muhammad Yamin

Bundo Kanduang [Filiang-Bandaro]

Pandak [Sikumbang-Rajo Bandaro]

Pandak [Sikumbang-Rajo Bandaro]

Mande [Jambak-Panjang]

Mande [Jambak-Panjang]

Sitawasidingin [Sikumbang-Rangkayo Mulie]

Sitawasidingin [Sikumbang-Rangkayo Mulie]

Kuamat [Tanjung-Ganto Suaro]

Kuamat [Tanjung-Ganto Suaro]

H. Abdul Manan Chaniago [Sirajo]

H. Abdul Manan Sirajo Silsilah ini masih belum lengkap dan membutuhkan data tambahan, bagi dunsanak yang mempunyai hubungan dengan silsilah ini dapat memberikan masukan kepada admin, atau memberi komentar dibawah ini.

H.Abu Bakar [Sikumbang-Rajo-Bandaro]

H. Abu Bakar [Sikumbang-Rajo Bandaro]

Mengasah Kemampuan Telepati


Telepati berasal dari dua kata yaitu : “tele” berarti “jauh” dan “pathos” berarti “perasaan”. Telepati secara harfiah artinya adalah “merasakan dari jarak jauh”.

Telepati adalah gejala alamiyah yang sudah ada sejak kita masih bayi. Semua anak bayi memiliki kemampuan telepati secara alamiyah. Anak bayi belum mampu mengungkapkan perasaan dan keinginannya dengan kata kata. Ia menyampaikan dan mengungkapkan keinginannya melalui perasaan yang dipancarkan.

otak_bayi.jpg

Ketika seorang ibu pergi berbelanja kepasar dan anak bayinya yang masih menyusu ditinggal sedang tidur dirumah, tiba tiba ia merasa gelisah dan ingat pada anak bayinya dirumah. Ia tidak bisa berkonsentrasi untuk belanja, fikirannya hanya tertuju pada bayinya. Air susunyapun mengalir dengan sendirinya, ia tidak bisa menahan keinginannya nuntuk segera pulang menemui bayinya. Ia segera kembali kerumah, dan didapatinya anak bayinya sedang menangis, ia segera menggendong dan menyusui bayinya. Hatinya menjadi tentram dan anak bayinya pun berhenti menangis. Itulah hubungan telepati yang dilakukan seorang bayi kepada ibunya.


Sejak bayi kita sudah mempunyai kemampuan telepati, karena pada anak bayi otak kanannya lebih dominan daripada otak kiri. Seiring dengan pertumbuhan usia, peranan otak kiri semakin dominan dan peranan otak kananpun berkurang, maka kemampuan berkomunikasi dengan telepatipun berkurang pula. Sebenarnya kemampuan telepati ini bisa diasah dan dirawat terus dengan melakukan latihan. Telepati adalah cara berkomunikasi menggunakan fikiran bawah sadar atau otak kanan. Setiap orang bisa melakukannya asal mau mencoba dan melatihnya, karena pada dasarnya ketika masih bayi semua orang pernah melakukan komunikasi dengan telepati. Kemampuan telepati jadi berkurang karena kita lebih banyak menggunakan otak kiri daripada otak kanan. Pancaran sinyal telepati dilakukan oleh fikiran bawah sadar melalui otak belahan kanan, dan diterima oleh penerima melalui otak belahan kanan pula.

Trio Minang Bersimpang Jalan

OBROLAN tiga anak muda di rumah Darsono, tokoh komunis Indonesia, di Berlin, Jerman, pada pertengahan Juli 1922 itu berlangsung gayeng. Mohammad Hatta sengaja datang dari Belanda. Tan Malaka juga. Tan berapi-api menjelaskan komunisme yang dasarnya demokrasi tulen.

"Bukankah komunisme itu mengesahkan diktator, Bung? Karl Marx menyebut diktator proletariat," Hatta, 20 tahun, menyela.

"Itu hanya ada pada masa peralihan," Tan menukas. Dia melanjutkan, "Peralihan kekuasaan kapitalis ke tangan masyarakat. Kaum buruh merintis jalan ke arah sosialisme dan komunisme yang terselenggara untuk orang banyak di bawah pimpinan badan-badan masyarakat. Jadi bukan diktator orang-seorang."

Hatta menceritakan kembali percakapan itu dalam Memoir (1979). Dalam buku itu Hatta setuju pada pandangan Tan, yang lebih tua tujuh tahun. Bahkan ia mengomentarinya: jika begitu Tan pasti tak setuju dengan cara otoriter Joseph Stalin memimpin Rusia. Tapi, kepada Z. Yasni yang mewawancarainya pada 1977, Hatta mengatakan bahwa dalam diktator proletariat yang berkuasa tetaplah para pemimpinnya.

Dan itulah perseteruan ideologis duo Minang ini. Hatta sangat menentang komunisme. Ia menganjurkan koperasi dalam menegakkan ekonomi Indonesia. Sebaliknya, Tan percaya, jika digabung, Pan-Islamisme dan komunisme bisa menjadikan Indonesia digdaya.

Menurut Anwar Bey, bekas wartawan Antara yang menjadi sekretaris pribadi Adam Malik, Hatta dan Tan sudah seperti musuh. Kepada Bey, Hatta buka kartu kenapa ia selalu curiga dan menentang Tan. "Dia selalu menganggap kami (Soekarno-Hatta) anak ingusan," katanya.

"Merahnya" Minangkabau : Ranah Bersemainya Komunisme

Berdiri di tempat tinggi, seorang sejarawan Belanda menadahkan kedua tangannya, berseru, ”Mengapa di tempat yang indah dan subur ini lahir seorang pemberontak?” Harry Poetze, sejarawan peneliti Tan Malaka yang tegak di sampingnya, hanya membisu (Zulhasri Nasir : 2010)

Ya, Roger Tol, peneliti dari lembaga Belanda KITLV, mempertanyakan posisi historis Tan Malaka. Ia yang dibesarkan oleh sejarah, justru dicatat dalam ”ranah” politik sebagai pemberontak. Padahal, nagari Pandan Gadang tempat lahirnya Ibrahim yang Tan Malaka ini, adalah nagari yang menawarkan kesejukan dan kedamaian. Namun Roger Tol lupa – untuk tidak mengatakan a-historis, Minangkabau merupakan ”rahim paling dinamis”, memberikan peluang besar bagi ”putra-putri”nya untuk membentuk diri mereka sendiri. Nagari memberikan kemerdekaan kepada penduduknya untuk menjadi siapa saja. Dalam bahasa sosiologis, nagari meniadakan pelapisan sosial. Yang ada hanyalah fungsi sosial. Jadi janganlah kemudian kita heran, apabila dari ”rahim Minangkabau”, sejarah mencatat lahir penggerak-penggerak dan aktor-aktor sejarah ideologis besar, baik yang berhaluan ”putih” maupun ”merah” (kalau boleh saya mendikotomikan demikian).

Membicarakan gerakan pembaharuan Islam nusantara, konteks dialektika Minangkabau tidak bisa dilepaskan. Minangkabau menjadi salah satu episentrum - meminjam istilah Naquib al-Attas - gerakan pembaharuan Islam di Nusantara. Pengaruh gerakan pembaharuan ini terasa pada gelombang kedatangan alumni Kairo dan Mekah, seperti Syekh Ahmad Wahab, Syekh Ahmad Chatib, Syekh Taher Djalaluddin, Syekh Karim Amrullah, Syekh Djamil Djambek, Syekh Ibrahim Musa Parabek, dan generasi alumni Mekah yang lebih keras, Haji Datuk Batuah, Mukhtar Lufti, dan Ilyas Jacob. Demikian juga, ketika mendudukkan jaringan Wahhabiyah di kawasan Asia Tenggara, Minangkabau juga menjadi salah satu episentrumnya. Gelombang pertama kedatangan alumni Timur Tengah sebenarnya terjadi hampir satu abad sebelumnya, yaitu pra-Perang Bonjol (1820-an). Mereka adalah Tuanku Nan Renceh, Haji Miskin, Tuanku Piobang, Tuanku Pamasiangan—tokoh-tokoh pergerakan di belakang Tuanku Imam Bonjol.

Tan Malaka, Kisah Patjar Merah Indonesia dan Matu Mona

Patjar Merah Indonesia, mendengar nama ini pastilah hampir semua orang yang menyenangi dan mempelajari sejarah tahu siapa tokoh utama novel itu. Tapi seberapa banyak yang tahu tentang penulisnya, berapa orang yang sudah membaca dengan lengkap cerita roman itu, tidak banyak kurasa. Maka beruntunglah kita yang belum pernah membaca roman campuran cerita fiksi dan sejarah petualangan Tan Malaka ini. Adalah Beranda Publishing, penerbit asal Yogyakarta bijak memahami kehausan dan rasa penasaran kita yang belum membaca cerita tentang Patjar Merah Indonesia ini. Perusahaan penerbitan ini mencetak ulang jilid pertama kisah petualangan ala Tan Malaka pada Februari 2010 lalu, dan beruntunglah aku menemukan buku ini di sebuah toko buku besar awal Maret lalu. Sang buku tersusun di rak buku-buku sastra, tak alang-kepalang senangnya aku mendapati buku ini, entah kenapa tiba-tiba adrenalin terpacu dalam darahku, padahal sama sekali belum aku sentuh untuk sekedar membaca sinopsisnya. 

Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Centrale-Courant en boekhandel, di Medan, Maret 1938. Judulnya; Spionage-Dienst: Patjar Merah Indonesia. Memang, cerita sejarah yang dibalut dengan fiksi lebih nikmat untuk memahami sejarah, coba saja baca cerita novel-novel sejarah masa kini seperti; Gajah Mada karangan Langit Kresna Haryadi atau pun Rahasia Medee ciptaan ES Ito. Tapi cerita Patjar Merah Indonesia ini lebih unik lagi. Keunikannya, Matu Mona sang penulis roman ini, membuat bukunya ketika tokoh utamanya masih hidup. Awalnya mengarang cerita ini, Matu Mona mengaku terinspirasi dan mendapat bahan dari surat-surat Tan Malaka kepada Adinegoro, pimpinan redaksi Pewarta Deli.

Harry A.Poeze, seorang Indonesianis dalam kata pengantar buku cetakan ketiga ini menyebut karya Matu Mona tersebut sebagai roman petualangan yang memikat, lengkap dengan cerita spionase, politik dan romantika di lokasi-lokasi menarik. Aku sendiri seolah tenggelam dalam mesin waktu dan terlepas dari sekat ruang ketika membaca cerita ini. Tanpa sadar melemparkan diri ke masa-masa kolonial, ke tempat-tempat eksotik di Asia, Amerika dan Eropa. Terlena dengan alur cerita yang menawan, membuat penasaran untuk membuka setiap lembar cerita, mengkhayalkan mana fakta dan mana fiksi.

Minangkabau : Masyarakat Komunis Pertama di Dunia

ES-Ito-Ibu-Halida-HattaThe Father of Our Founding Fathers, Tan Malaka, pernah mengatakan bahwa Minangkabau adalah masyarakat komunis yang tidak mengenal penjara. Pendapat ini bukan sekedar sindiran Tan Malaka terhadap kaum Bolsevhik Soviet yang pasca revolusi gandrung sekali memenjarakan orang. Suatu hal yang menjadi paradoks dari tujuan komunisme untuk membebaskan masyarakat dari penindasan dan keterasingan. Ucapan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka itu berangkat dari sebuah pemahaman mendalam tentang sistem sosial di tengah-tengah masyarakat Minangkabau yang peradabannya telah berlangsung dan berkembang selama beberapa abad. Ini bukanlah tesis baru tentang masyarakat Minangkabau karena sejarah telah membuktikan bagaimana surau pernah menjadi tempat pembibitan komunis sebelum kita menakar komunisme dalam tafsir tunggal anti Tuhan. Surau Jembatan Besi yang menjadi episentrum pendidikan Sumatra Thawalib di Padang Panjang adalah salah satu tempat yang paling aktif sebelum penindasan komunis oleh pemerintah kolonial 1926. Tetapi apakah sejarah komunis di Minangkabau hanya sebatas gelora masa-masa bergerak sebelum exorbinte rechten memberi kebebasan pada pemerintah kolonial untuk membuang setiap kata “tidak” ke neraka Boven Digoel? Ternyata tidak, komunisme di Minangkabau telah tumbuh dan berkembang bahkan sebelum teori itu dicetuskan.

Lewat metodogi materialisme sejarah, Karl Marx menyatakan bahwa yang menentukan perkembangan masyarakat bukanlah kesadaran masyarakat, atau apa yang dipikirkan masyarakat tentang dirinya. Tetapi keadaan riil masyarakat itu sendiri yang mencerminkan kondisi dan situasi hidup masyarakat. Sejarah terbentuk dari fakta-fakta yang nyata bukan gagasan abstrak yang pada akhirnya menggiring pada kesadaran palsu dimana kelas tertentu dalam masyarakat menggunakannya sebagai dalih untuk menguasai kelas lainnya. Cikal bakal monarki absolut seringkali muncul dari keyakinan palsu bahwa seorang raja adalah perwujudan Sang Pencipta dalam raga manusia. Masyarakat menerima takdirnya sebagai hamba dari penguasa yang ditentukan oleh garis keturunan. Dengan kesadaran yang demikian maka keluarga raja memiliki hak ekslusif untuk menguasai alat-alat produksi yang memberikan keleluasaan kepada mereka untuk terus mengendalikan masyarakat. Ketika kekuasaan semakin bertumbuh muncullah golongan bangsawan dimana para raja mendelegasikan kekuasaan atas alat-alat produksi dan wilayah kepada mereka. Elitisme ini memunculkan budaya feodal.

Subhanallah! Gadis Arab Aminah Said Hafal Qur'an Hanya dalam 100 Hari

YORDANIA (voa-islam.com) – Satu lagi bukti kemukjizatan Al-Qur'an. Allah mempermudah umat-Nya untuk menghafal kitab suci Al-Qur'an. Hanya dalam waktu 100 hari, gadis Arab ini mampu menghafal seluruh isi Al-Qur'an yang terdiri dari 114 surat (bab), dengan lebih 6.300 ayat (kalimat) atau mencakup lebih 77.000 kata.

Aminah Said selalu bermimpi bisa menorehkan prestasi seputar kajian Islam yang didalaminya. Demi mewujudkan mimpinya, mahasiswi studi Islam dan Syariah Sharjah College ini memberanikan diri ikut kompetisi internasional menghafal Al-Qur’an di Yordania.

Pernah menjadi juara dua dan tiga dalam kontes lokal, ia cukup percaya diri bertarung dalam kompetisi itu. Namun, ia tak pernah membayangkan, namanya akan mencuat sebagai juara pertama mengalahkan seluruh peserta dari 15 negara.

Template by:

Free Blog Templates