Siti Manggopoh: Sebuah Pemberontakan Terhadap Kesewenangan

Oleh Sulaiman Juned

Teater digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan kembali sejarah, karena teater merupakan sebuah wujud seni pertunjukan yang mengajak masyarakat untuk mengenal banyak hal, salah satunya sejarah bangsa. Bangsa Indonesia memiliki catatan sejarah yang yang luar biasa, salah satunya sejarah tokoh perempuan di Sumatra Barat yang bernama Siti Manggopoh. Siti Manggopoh pejuang dari desa kecil terpencil di Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam.

Siti Manggopoh pejuang yang ikut berjuang bersama laki-laki tanpa menghiraukan perbedaan gender. Seorang tokoh perempuan yang tidak berkoar-koar terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Ia juga tidak mau melawan kodrat dan fitrahnya sebagai perempuan, tetapi sanggup menjadi pemimpin dari laki-laki pejuang lainnya. Ia dikenal sebagai Singa betina dari Manggopoh.


Dilahirkan bulan Mei 1880 Siti Manggopoh, pada tahun 1908 melakukan perlawanan terhadap kebijakan pajak yang diterapkan Belanda. Gerakan rakyat untuk menolak belasting di Manggopoh ini lebih dikenal dengan perang belasting. Belasting merupakan tindakan pemerintahan Belanda yang menginjak harga diri masyarakat Manggopoh karena masyarakat merasa terhina untuk mematuhi peraturan dalam membayar pajak tanah yang dimilikinya secara turun temurun. Apalagi peraturan belasting dianggap bertentangan dengan adat Minangkabau, perlawanan yang dilakukan oleh Siti Manggopoh merupakan bentuk reaksi hebat terhadap penetrasi pemerintah Hindia Belanda.

Siti Manggopoh seorang perempuan fenomenal dari Minangkabau. Dia tidak kehilangan kodratnya sebagai perempuan dengan kelembutannya di tengah-tengah keluarga, namun saat terjadi penjajahan. Perempuan Minang mengangkat senjata. Bahu membahu dengan kaum laki-laki, mengatur kekuatan untuk mengusir penjajah.

Belasting atau pajak yang dikenakan Belanda di Sumatera Barat pada zaman Belanda tidak hanya dikenakan terhadap tanah pusaka namun meliputi semua harta. Hal ini membuat masyarakat banyak yang marah, akhirnya melakukan pemberontakan.

Yuniarni sebagai sutradara ingin mengungkap fenomena ditengah masyarakat dan merelisasikannya ke atas panggung. Hal ini bukanlah persoalan yang mudah karena harus mempertimbangkan fungsi karya teater sebagai hiburan.

Fenomena yang terjadi ditengah masyarakat terutama yang berhubungan dengan pajak, peristiwa teater diharapkan mampu berbicara sebagai kritik sosial terhadap pemerintah saat ini. Fenomena Siti Manggopoh sangat aktual dengan peristiwa yang hidup di tengah masyarakat Indonesia hari ini. Sementara konsepsi pertunjukan dikawinkan dengan seni tradisional kaba, Tupai Janjang. Nyanyian dan tarian lewat Tupai Janjang yang berupa gerakan-gerakan yang menggunakan bunga-bunga silat dan monolog untuk menyampaikan beberapa adegan.

Dendang digunakan sebagai pengantar untuk masuk kedalam cerita, dendang ini juga akan melukiskan suasana-suasana yang terjadi dalam adengan pertunjukan disamping dendang ada unsur lain yang saling terkait untuk menunjang pertunjukan yang utuh yakni unsur-unsur teks suatu karya sastra dalam suasana yang utuh seperti dialog, mood, spektakel, latar, tema, tokoh untuk pendukung peristiwa dalam cerita yang disampaikan.

Demikianlah, Jumat (4/6/2010) di Gedung Hoerijah Adam ISI Padangpanjang, Siti Manggopoh dimainkan dengan sempurna oleh Rahmadiana, Mumuiki Kuflet, Robi Anwar, dan Zeki Manda Putra. Seluruhnya dari Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang, Sumatera Barat. Bravo!

Penulis adalah Penyair, Dosen Teater ISI Padangpanjang, dan pimpinan Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang


Template by:

Free Blog Templates