Dominasi
laki-laki memang begitu kuat di dalam peradaban manusia semenjak dulu,
bahkan begitu dominan hingga menyebabkan perbedaan mencolok di
berbagai segi kehidupan inilah kemudian yang disebut sebagai partriaki.
Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki
sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial.
Ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-anak dan harta benda.
Secara tersirat sistem ini melembagakan pemerintahan dan hak istimewa
laki-laki dan menuntut subordinasi perempuan. Namun demikian pergerakan
penyetaraan jender, secara harkat-martabat serta fungsi sosial, saat
ini semakin terlihat nyata, dilakukan para aktivis perempuan. Padahal
di beberapa wilayah terdapat sebuah dominasi perempuan terhadap kaum lelaki yang berlangsung sejak lama. Berikut 5 tempat di dunia yang didominasi oleh kaum perempuan:
1. Perempuan Kalash di Pakistan
1. Perempuan Kalash di Pakistan

Di
Pakistan, sebuah negara yang hampir setengah wilayahnya dikuasai oleh
Taliban—yang dikenal banyak mengekang kehidupan kaum perempuannya,
ternyata ada sebuah kawasan yang kaum perempuan malah mendominasi kaum
lelaki. Tepatnya di wilayah Lembah Chitral, Utara Pakistan, terdapat
sebuah komunitas masyarat yang dikenal dengan sebutan Orang-Orang
Kalash (Suku Kalash). Berdasarkan rumor yang beredar orang-orang Kalash
tersebut merupakan keturunan dari pasukan Raja Iskandar Agung yang
dahulu menaklukan bangsa Afghanistan. Dikabarkan lebih dari ribuan
tahun, para perempuan Kalash memiliki peranan penting dan sentral di
dalam berbagai sektor kehidupan, dan sekaligus menciptakan perdamaian
dan menyebarkan cinta-kasih
di dalam masyarakat Lembah Chitral. Yang unik dari budaya Kalash, kaum
perempuanlah yang memilih pasangannya, dan seandainya lelaki tersebut
tidak membahagiakannya maka mereka bisa menceraikannya tanpa khawatir
ditolak. Dan mencari pasangannya yang baru dengan mudah.
2. Perempuan Meghalaya di India

Di
Meghalaya, sebuah kawasan di India yang dikenal menganut agama hindu.
Kaum perempuan di Meghalaya memiliki segalanya, layaknya posisi kaum
lelaki di belahan dunia lain. Kaum perempuan Meghalaya berhak atas
harta warisan dan menyandang nama keluarga, dan mengambil keputusan di
dalam urusan rumah tangganya. Dan kabar terakhir menyebutkan, bahwa
para kaum lelaki di Meghalaya sedang menggalang kekuatan untuk dapat memiliki hak dan derajat yang sama dengan kaum perempuannya.
3. Perempuan Mosou di China
3. Perempuan Mosou di China

Dikabarkan
di negeri tirai bambu, China, kaum perempuan selalu diperlakukan tidak
menyenangkan baik secara seksual maupun emosional. Hal tersebut
dikarenakan tradisi patriarki yang kuat serta sistem pemerintahan yang
mengeluarkan kebijakan berdasarkan pertimbangan komunisme. Akibat
tradisi dan kebijakan pemerintahnya, para perempuan di China sangat
akrab dengan istilah ‘Shen Kui’ yang dalam bahasa Indonesia berarti
Penyakit frustasi seksual. Meskipun demikian, ternyata berbeda 180
derajat keadaannya dengan kaum perempuan yang hidup di kawasan Provinsi
Yunnan dan Sichuan, yang berbatasan dengan Tibet. Sebuah etnis China
yang dikenal dengan nama Kaum Mosou memiliki tradisi yang menarik
berbeda dengan etnis-etnis di wilayah China. Sebuah tradisi
yang menempatkan kaum perempuan setingkat di atas kaum lelakinya,
bahkan tradisi mereka tidak mengenal dengan adanya pernikahan. Mereka
dapat menentukan lelaki yang akan mendampinginya, yang mereka anggap
pantas atau sebaliknya untuk berada di dalam rumahnya. Dan merekalah
yang akan merawat anak-anak dari hasil pertemanan tersebut.
4. Minangkabau di Indonesia

Indonesia
adalah negara dengan penduduk beragama islam terbesar di dunia, bahkan
memiliki banyak wilayah yang menjalankan hukum dan nilai-nilai islam
yang ketat. Tepatnyadi Sumatera Barat yang terkenal dengan masyarakat
Suku Minangkabau, memiliki tradisi budaya keibuan yang sangat kuat
(matrilineal) di dunia. Ketika kaum lelakinya yang sejak usia tujuh
tahun telah diperintahkan untuk tinggal dan besar di lingkungan surau
untuk mempelajari agama, dan setelah dirasakan cukup dewasa, mereka pun
dibiarkan untuk keluar dari wilayahnya untuk ‘berpetualang’.
Saat itulah peranan perempuan, terutama kaum ibu, sangat menonjol
dalam berbagai sektor kehidupan mulai dari pendidikan hingga ekonomi,
dan bukan bagi keluarganya saja melainkan bagi masyarakatnya.
5. Perempuan di Himalaya

Kaum
perempuan yang satu ini lebih unik lagi tradisinya dibandingkan dengan
keempat sebelumnya. Kaum perempuan di kawasan dataran tinggi Himalaya,
sebelah utara India, mengenal dan menjalakan praktik poliandri, yakni
mereka dapat menikahi dua laki-laki secara periodik. Namun tradisi itu
tidak berlangsung lama dan kondisinya malah berbalik ketika dikabarkan
dua saudara laki-laki dapat berbagi satu istri dalam satu atap
pernikahan. Rumor mengatakan hal tersebut disebabkan kaum laki-laki
Himalaya yang terancam dengan dominasi kaum perempuannya.