YAHUDI DAN MINANG


Orang Yahudi


Bangsa Yahudi dikenal oleh masyarakat dunia sebagai bangsa yang mempunyai otak cemerlang. Di kalangan mereka banyak muncul para nabi dan rasul Tuhan, kata “yahudi” menurut bahasa berarti orang yang berasal dari turunan Yahuda. Yahuda adalah salah seorang dari 12 putra Nabi Ya’qub, nabi yang hidup sekitar abad ke 18  sM, yang bergelar Israil. Kemudian segenap turunan dari 12 putra Nabi Ya’qub (Israil) itu dikenal dengan sebuatan bangsa Israil.
            Semula bangsa Yahudi merupakan kelompok keluarga, yang bermukim di tanah Kan’an. Ketika terjadi kelaparan di Kan’an mereka pergi ke Mesir, yang dikenal makmur di masa itu ( Nabi Yusuf, putra ke 11 dari Ya’qub mempunyai andil besar dalam bidang pertanian di Mesir. Ia kemudian menduduki kedudukan tinggi karena kecerdasan dan budi luhurnya di kerajaan Mesir). Tapi beberapa abad kemudian setelah mereka berkembang sampai berpuluh-puluh ribu orang, mereka mengalami nasib naas. Mereka diperbudak oleh penguasa Mesir(Fir’un). Dan perbudakan tersebut berakhir ketika Nabi Musa membawa mereka keluar dari sana.
            Bangsa ini mengalami pasang dan surut dalam perjalanan zaman. Daud, yang juga rasul Tuhan berhasil membawa bangsa ini pada masa kejayaan, yang kemudian menjadi kenangan dan impian bangsa Yahudi ( setelah mereka silih berganti oleh berbagai kerajaan). Pada masa Sulaiman (putra Daud) membangun sebuah haikal (rumah suci) yang megah. Kemungkinan besar rumah suci tersebut dikenal sebagai Baitul Maqdis, yang sampai sekarang disakralkan oleh kaum Nasrani dan Islam.
            Perjalanan panjang, naik turunnya peranan bangsa ini dalam kehidupan manusia. Barangkali itulah yang membuat mereka menjadi gigih dalam mempertahankan hidup. Lagi pula latar belakang bangsa Yahudi yang pernah menoreh kejayaan, dan salah satunya, dari bangsa ini lahir manusia-manusia terpilih ( nabi dan rasul Tuhan). Dalam pandangan umat Islam, umat Yahudi memang umat yang diseru oleh Nabi Musa, dan banyak nabi sesudahnya. Mereka dianggap umat yang keras kepala, yang sering menyimpang dari ajaran agama, yang benar dan lurus. Mereka disebut oleh al-Quran sebagai umat yang banyak membunuh nabi. Ulama-ulama mereka bukan menyambut seruan  Allah untuk kembali ke jalan benar, yang disampaikan oleh utusan Tuhan, Isa al-Masih, tapi malah menghinanya dengan menuduhnya sebagai anak zina. Bahkan berupaya membunuh atau menyalipnya.


            Kelompok Yahudi yang dijumpai Nabi Muhammad di Madinah pun tidak memilih hidup berdampingan secara damai dengan umat Islam, tapi cenderung berkhianat pada umat Islam, dan sebagai akibatnya, mereka terusir dari Madinah. Tampaknya bangsa Yahudi selalu ditakdirkan untuk hidup dalam kegelisahan, mereka terpaksa berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Kecerdasan dan kelicikan mereka, membuat Hitler membenci bangsa ini. Ketika Hitler berkuasa di Jerman, sang diktator itu sangat membenci kaum Yahudi. Menurut catatan sejarah, lebih 6 juta orang Yahudi dibantai oleh Nazi atas perintah Hitler ( Perang Dunia ke II – 1936 – 1945). Dan setelah berabad-abad tidak memiliki negara, maka tahu 1948 dengan bantuan negera-negara barat mereka mendirikan negara Israel Yang sekarang dikenal sebagai negara zionis, yang selalu menindas bangsa Palestina (yang sebenarnya merupakan rumpun bangsa mereka).
            Saat sekarang kita menyaksikan dalam percaturan dunia, baik politik, sosial ekonomi, maupun budaya dan teknologi, bangsa Yahudi benar-benar telah menjajah bangsa mana pun di dunia ini. Penjajahan dan penindasan terhadap bangsa lain seolah-olah tidak kelihatan. Tapi mereka mampu menguasai perekonomian dan politik dunia karena bangsa “perantau” ini mempunyai kedudukan strategis, dan pengaruh besar di setiap negara, termasuk negara yang mengakui dirinya Adikuasa. Sifat mereka yang selalu “membangkang dan bangga kecerdasan otak”, mereka bangun terus. Cobalah berbicara dengan orang Yahudi, maka mereka akan terlihat manggut-manggut sambil memperhatikan ekspresi anda dalam bicara itu. Sedikit pun ia tidak akan menjawab, kata-kata anda. Ia hanya mendengar dan mendengar. Dalam pengamatannya, ia akhirnya dapat menyimpulkan arah pembicaraan anda. Kesimpulan pertamanya, adalah bahwa omongan anda hanyalah sekadar untuk tujuan “ minta sedekah” alias minta duit. Lalu kesimpulan kedua, adalah ucapan anda tersebut, tidak punya arti apa-apa, hanyalah sekadar omong kosong belaka.  Justru karena itulah pejuang Palestina tak kunjung menang bila berunding dengan mereka.

Orang Minang

            Suku bangsa Minangkabau, menurut Tambo mempunyai nenek moyang keturunan dari Iskandar Zulkarnain, yang dinukilan dalam al-Quran pada surat al- Kaffi. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud Iskandar Zulkarnaini adalah Alexander the Great yang hidup sekitar abad ke 4 sM*. Orang Minang sangat bangga dengan garis keturunan tersebut. Apalagi nenek moyang mereka yang bernama Maharaja Diraja bersaudara dengan Maharaja Alif dari negeri Rum, dan Maharaja Dipang dari Cina. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Iskandar Zulkarnain tersebut bukan Alexandre the Great. Yang dimaksud dalam al-Quran adalah seorang raja yang hidup sezaman dengan Nabi Musa, yang hidup pada abad ke 13 sM. Zulkarnaen itu artinya seorang raja mempunyai “dua terompet”, yang mampu mengalahkan Yakjul dan Makjut. Dan juga mampu membuat benteng tinggi sehingga kedua makhluk tersebut, tidak bisa masuk.
            Suku bangsa Minangkabau, adalah masyarakat perantau, seperti juga bangsa Yahudi. Kalau bangsa Yahudi merantau karena negeri mereka diporak-porandakan bangsa penjajah. Akan tetapi orang Minang merantau adalah untuk mencari ilmu pengetahuan sekaligus mencari penghidupan. Dalam sebuah mamangan mereka, berpetuah : Karatau madang diulu, babuah babungo balun. Marantau bujang dahulu, di rumah paguno balun ( Karatau madang di hulu, berbuah berbunga belum. Merantau bujang dahulu, di rumah berguna belum). Di samping itu orang Minangkabau memiliki filsafat yang mereka sebut Alam takambang jadi guru, dengan filsafat ini mereka dapat menyesuaikan diri di mana mereka berada. Mereka juga cerdas dan cerdik seperti bangsa Yahudi tapi berpantang  berperangai licik seperti orang Yahudi.
            Serupa tapi tak sama dengan nasib bangsa Yahudi, negeri Minangkabau pun silih berganti diduduki oleh bangsa maupun kerajaan lain. Namun bukan seperti orang Yahudi, suku bangsa Minang tidak pernah terusir oleh bangsa atau kerajaan asing yang menjajahnya. Malah mereka yang datanglah yang harus menyesuaikan diri dengan masyarakat Minangkabau.
            Adat dan filsafat Minangkabau terus mereka pakai. Dengan adat dan filsafat tersebut orang Minang mampu menampilkan jati diri mereka. Mereka dikenal menganut paham egaliter atau kesetaraan, mereka tidak merasa canggung berhadapan dengan bangsa maupun suku bangsa mana pun. Orang Minang dikenal pintar berbicara, kepintaran mereka berbicara tersebut mereka asah di lapau-lapau. Dalam berbicara mereka menggunakan kias dan tata tertib bicara. Kelebihan orang Minang yang menonjol adalah mampu “membaca pikiran” lawan bicaranya. Sikap kesetaraan yang dianutnya, membuat ia sangat Pe-De (percaya diri) dalam posisi yang bagaimanapun sulitnya.
            Pada pasca perang saudara (PRRI), kendatipun mereka berada dipihak yang”kalah” , orang Minang masih bisa memasuki pikiran orang yang mengalahkannya. Tatkala Sukarno berkuasa, mereka berhasil memberi gelar pada Hartini, salah seorang istri Sukarno. Gelar tersebut adalah gelar kebesaran perempuan bangsawan Minangkabau, yaitu Bundo Kandung. Di mana Bundo Kandung, diyakini sebagai ratu di negeri tersebut. Dan di saat sekarang, beberapa orang pejabat negara mereka beri gelar kebesaran adat Minangkabau. Orang Minang tahu benar, jika seseorang telah mempunyai kecukupan materil maka mereka akan mencari dan ingin mendapat kebesaran nama, yaitu Simbol status.
            Soal pantas atau tidak, dan pro atau kontra adalah soal lain. Tapi mereka telah mampu menyalurkan keinginan orang lain. Di mana keinginan orang lain tersebut tidaklah merusak dan merugikan mereka. Orang Yahudi boleh saja bangga karena telah berhasil menguasai “pikiran” negara barat. Dan menindas bangsa Palestina tapi mereka dikutuk dunia. Sementara itu kebanggaan orang Minangkabau tidak pernah merusak orang lain. Orang Minang bukan suku bangsa penjajah dan zionis tapi secara semu anda pasti menemukan “penjajahan tanpa senjata” Di mana-mana anda pasti menemukan rumah makan Padang (baca rumah makan Minang) , dan selera anda akan cocok dengan masakan hidangan mereka. Kelakar mereka adalah, “ andaikata sudah dibuka permukiman di bulan, maka orang Minag pasti membuka rumah makan di sana.” Mereka yang pernah bertugas dan bermukim di Minangkabau, pasti merasakan bahwa jiwa mereka sebenarnya telah “tinggal” di negeri ini. Walaupun mereka telah kembali ke kampung halamannya.  
            Orang Minang dalam petuahnya menyatakan : Kok gapuak indak mambuang lamak. Kok cadiak indak mambuang kawan. Kalau mandepek, urang indak kahilangan. Lamak di awak katuju di urang! ( Jika gemuk tidak membuang lemak. Kalau cerdik tidak membuang kawan. Kalau mendapat, orang tidak kehilangan. Senang bagi kita, urang lain setuju) Itulah pikiran orang Minang yang mendunia.

Padang, medio Oktober 2006

Catatan Kaki : 

*) Tentang Orang Minang adalah keturunan Iskandar Zulkarnain, hanya anggapan sebagian pengamat. Pendapat ini merupakan pendapat yang kontroversial. Menurut sebagian pengamat dan pemerhati Tambo yang dimaksud dengan Zulkarnain dalam surat al-Kaffi bukanlah Iskandar the Great tapi adalah Zulkarnaen seorang Maharaja dari Persia. Dan menurut seorang ulama, yang dimaksud dengan Zulkarnaen adalah Rasulullah Saw sendiri. Barangkali kontroversi-kontroversi akan kita bahas lebih mendalam pada tulisan lain (penulis ; Amran SN)

Template by:

Free Blog Templates