KEPUTUSAN FATWA
MAJELIS ULAMA
INDONESIA (MUI) PROP. JAWA TIMUR
No. Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012
Tentang :
KESESATAN
AJARAN SYI’AH
Majelis Ulama Indonesia
Propinsi Jawa Timur pada sidang hari Sabtu, Tanggal 21 Januari 2012
Membaca:
- Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Bangkalan No. 26/26-XV/DP-MUI/BKL/XII/2011 tertangal 17 Desember 2011 tentang Permohonan Ketetapan Aliran Syi’ah
- Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Sampang No.A-034/MUI/Spg/XII/2011 tertanggal 30 Desember 2011 tentang Laporan Peristiwa di Desa Karang Gayam
- Surat Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (Korwil) Surabaya No. 01/Korwil/Sby/I/2012 tertanggal 12 Januari 2012 tentang Aliran Syi’ah yang isinya meminta kepada MUI Provinsi Jawa Timur untuk melakukan kajian dan penetapan fatwa Syi’ah.
- Surat Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (Korwil) Besuki No. 01/MUI/Besuki/I/2012 tertanggal 13 Januari 2012 tentang Aliran Syi’ah yang isinya meminta kepada MUI Provinsi Jawa Timur untuk melakukan kajian dan penetapan fatwa Syi’ah.
- Rekomendasi Hasil Musyawarah Badan Shilaturrahmi Ulama Pesantren Madura (BASSRA) Selasa, 03 Januari 2012 yang salah satu isinya meminta agar MUI Provinsi Jawa Timur mengeluarkan fatwa tentang ajaran Syi’ah.
- Surat dari Jam’iyah Ahlussunnah wal Jama’ah Bangil Pasuruan No. 025/ASWAJA/I/2012 tertanggal 10 Januari 2012 tentang Permohonan Fatwa Sesat Ajaran Syi’ah.
- Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Gresik No. 003/MUI/KAB.G/I/2012 tertangal 19 Januari 2012 tentang Laporan Keberadaan Syi’ah di Gresik
- Pernyataan Sikap Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jatim tanggal 17 Januari 2012 menyikapi kasus Sampang dan ajaran Tajul Muluk.
- Pernyataan Sikap 83 ulama Pondok Pesantren menyikapi aliran yang dibawa oleh saudara Tajul Muluk tangal 10 Januari 2012.
- Pernyataan Sikap PCNU Sampang No. 255/PC/A.2/L-36/I/2012 menyikapi ajaran yang dibawa oleh saudara Ali Murtadlo/Tajul Muluk.
- Laporan Hasil Investigasi Kasus Aliran Syi’ah di Kabupaten Sampang Propinsi Jawa Timur tanggal 9 April 2011.
- Buku-buku kajian tentang faham Syi’ah antara lain:
a) Al-Milal wa al-Nihal karya al-Syahratstani (hal. 198-203)
b) Al-Fishal fi al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nihal karya Ibn Hazm
c) Export Revolusi Syi’ah ke Indonesia karya Achmad Zein Alkaf
(al-Bayyinat)
d) Dialog Apa dan Siapa Syi’ah karya Achmad Zein Alkaf
(al-Bayyinat)
e) Mengenal Syi’ah Karya Achmad Zein Alkaf (al-Bayyinat)
f) Syi’ah Bukan Islam? Karya Lajnah Ilmiyah HASMI
g) Tulisan Abdurrahman Aziz “Siapakah Pendiri Syi’ah”
Menimbang:
- Bahwa berdasarkan laporan dari masyarakat dan para ulama di beberapa daerah di Jawa Timur dinyatakan bahwa faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) telah tersebar di beberapa daerah di Jawa Timur
- Bahwa adanya indikasi penyebaran faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) dilakukan secara masif kepada warga yang menganut faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah.
- Bahwa telah ditemukan indikasi di beberapa daerah penyebaran faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) dilakukan kepada warga yang menganut faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah dari kalangan tidak mampu disertai dengan pemberian dalam bentuk santunan.
- Bahwa praktik-praktik penyebaran faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) yang dilakukan secara masif terhadap masyarakat yang berfaham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah, jelas-jelas berpotensi menyulut keresahan dan konflik horisontal.
- Bahwa berdasarkan penelitan saat ini tidak kurang dari 63 lembaga berbentuk Yayasan, 8 lembaga Majelis Taklim, 9 organisasi kemasyarakatan, dan 8 Sekolah, atau pesantren yang ditengarahi mengajarkan/menyebarkan faham Syi’ah.
- Bahwa konflik-konflik yang melibatkan pengikut faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) sudah sering terjadi dan telah berjalan cukup lama sehingga dibutuhkan adanya upaya pemecahan yang mendasar dengan memotong sumber masalahnya. Tanpa upaya pemecahan yang mendasar sangat dimungkinkan konflik akan muncul kembali di kemudian hari dan bahkan berpotensi menjadi lebih besar.
- Bahwa diantara ajaran yang dikembangkan oleh faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) adalah membolehkan bahkan menganjurkan praktik nikah mut’ah (kawin kontrak) yang sangat berpotensi digunakan untuk melegetimasi praktik perzinaan, seks bebas, dan prostitusi serta merupakan bentuk pelecehan terhadap kaum wanita sehingga bila tidak dicegah akan bertolak belakang dengan upaya pemerintah Provinsi Jawa Timur yang telah mencanangkan program menata kota bersih asusila dengan menutup tempat-tempat prostitusi.
- Bahwa penyebaran faham Syi’ah yang ditujukan kepada pengikut ahlu al-sunnah wa al-jama’ah patut diwaspadai adanya agenda-agenda tersembunyi, mengingat penduduk Indonesia yang berfaham pengikut ahlu al-sunnah wa al-jama’ah tidak cocok apabila syi’ah dikembangkan di Indonesia.
- Bahwa diperlukan adanya pedoman untuk membentengi aqidah umat dari aliran yang menyimpang dari faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah (dalam pengertian yang luas).
Memperhatikan :
1. Keputusan Fatwa MUI tanggal 7 Maret 1984 tentang Faham Syi’ah
yang menyatakan bahwa faham Syi’ah mempunyai perbedaan pokok dengan Ahlu
al-sunnah wa al-jama’ah yang dianut oleh umat Islam di Indonesia.
2. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia II 26 Mei
2006 tentang Taswiyat al-Manhaj(Penyamaan Pola Pikir Dalam Masalah-masalah
Keagamaan) khususnya butir (4) dan butir (6) yang menyatakan bahwa perbedaan yang
dapat ditolerir adalah perbedaan yang berada di dalam majal al-ikhtilaf
(wilayah perbedaan) yaitu wilayah pemikiran yang masih berada dalam koridor ma
ana alaihi wa ashhaby yakni faham keagamaan ahlu al-sunnah wa al-jama’ah (dalam
pengertian luas), sedangkan di luarmajal al-ikhtilaf tidak dikategorikan
sebagai perbedaan, melainkan penyimpangan.
3. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia II 26 Mei
2006 tentang Peneguhan Bentuk dan Eksistensi NKRI.
4. Keputusan MUI tertanggal 6 Nopember 2007 tentang 10 kriteria
aliran sesat/menyimpang.
5. Telaah terhadap kitab yang menjadi rujukan dari faham syi’ah
antara lain:
a) al-Kafi
b) Tahdzib al-Ahkam
c) al-Istibshar
d) Man La Yahdluru al-Faqih
e) Buku-buku Syi’ah yang lain seperti: Bihar al-Anwar, Tafsir
al-Qummi, Fashl al-khithab fi itsbati tahrifi kitabi rabbi al-Arbab, Kasyfu
al-Asrar li al-Musawi.
f) Buku-buku Syi’ah berbahasa Indonesia antara lain: Saqifah Awal
Perselisihan Umat tulisan O. Hashem; Shalat Dalam Madzhab Ahlul Bait tulisan Hiayatullah Husein al
Habsyi; Keluarga Suci Nabi Tulisan Ali Umar al-Habsyi
Berdasarkan kitab-kitab
tersebut dapat diketahui adanya perbedaan yang mendasar dengan ahlu al-sunnah
wa al-jama’ah (dalam pengertian luas) tidak saja pada masalah furu’iyah tetapi
juga pada masalah ushuliyah (masalah pokok dalam ajaran Islam) diantaranya:
1. Hadits menurut faham Syi’ah berbeda dengan pengertian ahlu
al-sunnah. Menurut Syi’ah hadits meliputi af’al, aqwal, dan taqrir yang
disandarkan tidak hanya kepada Nabi Muhammad Saw tetapi juga para imam-imam Syi’ah.
2. Faham syi’ah meyakini bahwa imam-imam adalah ma’shum seperti
para nabi.
3. Faham Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan Imamah)
termasuk masalah aqidah dalam agama.
4. Faham Syi’ah mengingkari Otentisitas Al-Qur’an dengan mengimani
adanya tahrif al-Qur’an
أ.
عن جابر قال: سمعت ابا جعفر عليه السلام يقول: ما ادعي أحد من الناس أنه جمع
القران كله كما أنزل إلا كذاب , وما جمعه وحفظه كما نزل الله تعالي إلا علي بن ابي
طالب عليه السلام و الائمة من بعده عليهم السلام (اصول الكافي ج1/ص 284)
ب.
عن ابي جعفر عليه السلام انه قال: ما يستطيع احد ان يدعّي أن عنده جميع القران
كله ظاهره وباطنه غير الاوصياء (اصول الكافي ج1/ص 284-285)
ت.
عن ابي عبد الله عليه السلام قال: ان القران الذي جاء به جبريل عليه السلام
إلى محمد صلى الله عليه وسلم سبعة عشر ألف آية (اصول الكافي ج2/باب النوادر, رقم
28)
5. Faham Syi’ah meyakini turunnya wahyu setelah al-Qur’an yakni
yang disebut mushaf Fatimah
أ.
إن الله تعالى لما قبض نبيه صلى الله عليه وآله دخل على فاطمة عليها السلام
من وفاته من الحزن ما لا يعلمه إلا الله عزوجل فأرسل الله إليها ملكا يسلي غمها ويحدثها،
فشكت ذلك إلى أمير المؤمنين عليه السلام فقال: إذا أحسست بذلك وسمعت الصوت قولي لي
فأعلمته بذلك فجعل أمير المؤمنين عليه السلام يكتب كل ما سمع حتى أثبت من ذلك مصحفا
قال: ثم قال: أما إنه ليس فيه شئ من الحلال والحرام ولكن فيه علم ما يكون (اصول الكافي
ج1/ص 296)
ب.
وإن عندنا لمصحف فاطمة عليها السلام وما يدريهم ما مصحف فاطمة عليها السلام؟
قال: قلت: وما مصحف فاطمة عليها السلام؟ قال: مصحف فيه مثل قرآنكم هذا ثلاث مرات، والله
ما فيه من قرآنكم حرف (اصول الكافي ج1/ص 290)
6. Syi’ah banyak melakukan penafsiran al-Qur’an yang mendukung
faham mereka antara lain melecehkan sahabat Nabi Saw. Misalnya penulis Tafsir
al-Qummi menafsirkan kalimat dalam surat al-Hajj ayat 52
أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ: يعني أبا
بكر وعمر (تفسير القمي ص. 259)
7. Syi’ah meyakini bahwa para sahabat telah murtad sesudah
wafatnya Rasulullah Saw, kecuali tiga
orang.
عن أبي جعفر قال : كان الناس أهل ردة بعد النبي
صلى الله عليه وآله إلا ثلاثة فقلت: ومن الثلاثة؟ فقال: المقداد بن الأسود وأبو ذر
الغفاري و سلمان الفارسي رحمة الله وبركاته عليهم (روضة الكافي ص 198 ر. 341, بحار
الانوار ج 22/ ص333)
8. Faham Syi’ah meyakini bahwa orang yang tidak mengimani terhadap
imam-imam Syi’ah adalah syirik dan kafir
إعلم أن إطلاق لفظ الشرك والكفر على من لم يعتقد
بإمامة أمير المؤمنين والائمة من ولده عليهم السلام وفضّل عليهم غيرهم يدل على أنهم
كفار مخلدون في النار ( بحار الانوار ج 23/ ص390)
9. Faham Syi’ah melecehkan sahabat Nabi Saw. Termasuk Abu Bakar ra
dan Umar ra.
أ.
ومن الجبت أبو بكر ومن الطاغوت عمر والشياطين بني امية وبني العباس (شرح الزيارة
الجامعة الكبيرة ج 3/ص156)
ب. وإن
الشيخين (-أبا بكر وعمر-) فارقا الدنيا ولم يتوبا ولم يتذكرا ما صنعا بأمير المؤمنين
فعليهما لعنة الله والملائكة والناس أجمعين (روضة الكافي/ ص 198, رقم 343 ؛ كشف الأسرار
وتبرئة الأئمة الأطهار ص 84)
10. Faham Syi’ah meyakini bahwa orang yang selain Syi’ah adalah
keturunan pelacur
والله يا أبا حمزة إن الناس كلهم أولاد بغايا ما
خلا شيعتنا (روضة الكافي: ص 227 رقم 431)
11. Faham Syi’ah membolehkan bahkan mengaىjurkan praktik nikah mut’ah.
الْبَاطِلَ مَا قَالَ صَاحِبُكَ قَالَ فَأَقْبَلَ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَيْرٍ فَقَالَ يَسُرُّكَ أَنَّ نِسَاءَكَ وَ بَنَاتِكَ وَ أَخَوَاتِكَ
وَ بَنَاتِ عَمِّكَ يَفْعَلْنَ قَالَ فَأَعْرَضَ عَنْهُ أَبُو جَعْفَرٍ عليه السلام
حِينَ ذَكَرَ نِسَاءَهُ وَ بَنَاتِ عَمِّهِ (فروع الكافي ج 3/ص 455)
أ.
عَنْ زُرَارَةَ قَالَ جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَيْرٍ اللَّيْثِيُّ إِلَى
أَبِي جَعْفَرٍ عليه السلام فَقَالَ لَهُ مَا
تَقُولُ فِي مُتْعَةِ النِّسَاءِ فَقَالَ أَحَلَّهَا اللَّهُ فِي كِتَابِهِ وَ عَلَى
لِسَانِ نَبِيِّهِ صلى الله عليه وآله فَهِيَ
حَلَالٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَقَالَ يَا أَبَا جَعْفَرٍ مِثْلُكَ يَقُولُ هَذَا
وَ قَدْ حَرَّمَهَا عُمَرُ وَ نَهَى عَنْهَا فَقَالَ وَ إِنْ كَانَ فَعَلَ قَالَ إِنِّي
أُعِيذُكَ بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ أَنْ تُحِلَّ شَيْئاً حَرَّمَهُ عُمَرُ قَالَ فَقَالَ
لَهُ فَأَنْتَ عَلَى قَوْلِ صَاحِبِكَ وَ أَنَا عَلَى قَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وآله فَهَلُمَّ أُلَاعِنْكَ أَنَّ الْقَوْلَ مَا قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وَ أَنَّ
ب. الْحُسَيْنُ
بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ إِسْحَاقَ عَنْ سَعْدَانَ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ عُبَيْدِ
بْنِ زُرَارَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ عليه السلام
قَالَ ذَكَرْتُ لَهُ الْمُتْعَةَ أَ هِيَ مِنَ الْأَرْبَعِ فَقَالَ تَزَوَّجْ
مِنْهُنَّ أَلْفاً فَإِنَّهُنَّ مُسْتَأْجَرَاتٌ (فروع الكافي ج 3/ص 458)
12. Ajaran Syi’ah menghalalkan darah ahlu al-sunah
ولهذا أباحوا دماء أهل السنة وأموالهم فعن داود
بن فرقد قال: قلت لأبي عبد الله ما تقول في قتل الناصب؟: قال: حلال الدم، ولكني أتقي
عليك، فإن قدرت أن تقلب عليه حائطًا أو تغرقه في ماء لكيلا يشهد عليك فافعل (كشف الأسرار
وتبرئة الأئمة الأطهار ص 85 ؛ بحار الأنوار ج27/ 231)
13. Ajaran Syi’ah melecehkan Nabi dan Ummul Mu’minin
إن النبي صلى الله عليه وآله لا بد أن يدخل فرجه
النار، لأنه وطئ بعض المشركات) يريد بذلك زواجه من عائشة وحفصة، وهذا كما هو معلوم
فيه إساءة إلى النبي صلى الله عليه وآله، لأنه لو كان فرج رسول الله صلى الله عليه
وآله يدخل النار فلن يدخل الجنة أحد أبدًا (كشف الأسرار وتبرئة الأئمة الأطهار ص
24-25)
14. Ajaran Syi’ah juga mempunyai doktrin Thinah (thinat al-mu’min wa
al-kafir) yaitu doktrin yang menyatakanan bahwa dalam penciptaan manusia ada
unsur tanah putih dan tanah hitam. Pengikut Syi’ah tercipta dari unsur tanah
putih sedangkan Ahlu al-sunnah berasal dari tanah hitam. Para pengikut Syi’ah
yang tersusun dari tanah putih jika melakukan perbuatan maksiat dosanya akan
ditimpakan kepada pengikut ahlu al-sunnah (yang tersusun dari tanah hitam)
sebaliknya pahala yang dimiliki oleh pengikut Ahlu al-sunnah akan diberikan
kepada para pegikut Syi’ah. Doktrin ini merupakan doktrin yang tersembunyi
dalam ajaran Syi’ah. (al-Kafi Juz II /
Kitab al-Iman, bab thinat al-mu’min wa al-kafir)
15. Dan masih banyak lagi keganjilan yang lain
a) Adanya fakta para
pengikut Syi’ah menjadikan buku-buku sebagaimana tersebut pada butir 5 sebagai
kitab rujukannya.
b) Keputusan Fatwa MUI Kabupaten Sampang No. A-035/MUI/Spg/I/2012
tentang Ajaran Yang Disebarluaskan Sdr Tajul Muluk di Kecamatan Omben,
Kabupaten Sampang.
c) Keputusan Rapat Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan
Masyarakat (BAKOR PAKEM) Kabupaten Sampang tanggal 04 Januari 2012 tentang
kesesatan ajaran yang disebar luaskan oleh sdr Tajul Muluk.
d) Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten Se Koordinatoriat
Wilayah (KORWIL) Madura No. 01/MUI/KD/MDR/I/2012 tentang Ajaran Syi’ah atau
aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah
e) Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat
Wilayah (KORWIL) Malang No. 13/Korwil-IV/MLG/I/2012 tentang Pengukuhan Fatwa
Kesesatan Ajaran Syi’ah;
f) Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat
Wilayah (KORWIL) Besuki No. 01/MUI/Besuki/I/2012 tentang Ajaran Syi’ah atau
aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah
g) Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat
Wilayah (KORWIL) Surabaya tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah
Itsna Asyariyah
h) Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat
Wilayah (KORWIL) Bojonegoro No. Kep-01/MUI/KORDA-BJN/I/2012 tentang Ajaran
Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah
i) Berbagai kajian yang
dilakukan oleh para ahli dan para pengamat terkait aliran Syi’ah Imamiyah Itsna
Asyariyah, faham, pemikiran, dan aktivitasnya diantaranya Pendapat Prof. Dr.
Muhammad Baharun yang menyatakan bahwa Syi’ah dan Ahlu al-Sunnah tidak mungkin
disatukan.
j)
Surat Edaran Kementerian
Agama No: BA.01/4865/1983, tanggal 5 Desember 1983 tentang Hal Ikhwal Mengenai
Golongan Syi’ah
k) Surat Edaran Pengurus Besar Nahdhatul Ulama
No:724/A.II.03/10/1997 tentang seruan agar kaum Muslimin memahami secara jelas
perbedaan prinsipil antara Ahlu al-sunnah wa al-jama’ah dengan Syi’ah.
l) Kesimpulan Hasil Seminar
Nasional Sehari Tentang Syi’ah pada tanggal 21 September 1997di Masjid Istiqlal
Jakarta .
m) Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 huruf J
n) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 73
o) Undang-Undang No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan
dan/atau Penodaan Agama.
p) Berbagai pendapat yang berkembang dalam rapat tanggal 21 Januari
2012 yang dihadiri oleh beberapa wakil dari MUI Kabupaten/Kota di Jawa Timur (MUI Kab. Jember, MUI Kab
Pasuruan, MUI Kab. Malang, MUI Kab. Sampang, MUI Kota Surabaya, MUI Kab. Tuban,
MUI Kab. Bojonegoro, MUI Kab. Ponorogo, MUI Kab. Blitar) dan beberapa ormas
Islam.
q) Telaah terhadap dokumen-dokumen dalam bentuk VCD/CD antara lain
yang mengandung hujatan terhadap sahabat nabi, Perayaan Haul Arbain, Arbain
Imam Husain, dan Acara Syi’ah di Gereja
Bergzicht Lawang.
r) Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa MUI
Mengingat:
1. Firman Allah dalam al-Qur’an:
Firman Allah
Surat al-Baqarah ayat 177
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَءَاتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ
ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ
وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ
إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ
أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Firman Allah
Surat al-Qamar ayat 49
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Firman Allah
Surat al-Hijr ayat 9
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا
لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.
Firman Allah
Surat al-Fath ayat 29
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ
عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا
مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ
مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ
فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ
بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ
مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Muhammad itu
adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat
mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.
Firman Allah
Surat al-Taubah ayat 100
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ
وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin
dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.
2. Hadits-hadits Marfu’
أ.
قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ (رواه مسلم)
Bertanya
Jibril as: Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya
dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk”
(Shahih Muslim Jilid I/hal 23)
ب. بُنِيَ
الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
(رواه البخاري
Islam
Dibangun Diatas Lima (Landasan); Persaksian Tidak Ada Ilah Melainkan Allah Dan
Sesungguhnya Muhammad Utusan Allah, Mendirikan Shalat, Menunaikan Zakat, Haji
Dan Puasa Ramadlan (Shahih al-Bukhari, Juz I/hal 54 hadits No.8)
ت. مَنْ
قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Barang siapa
berbicara tentang al-Qur’an tanpa ilmu (yang memadai) maka hendaklah dia
mempersiapkan kedudukannya di neraka” (HR al-Tirmidzi/Sunan al-Tirmidzi V/1999
No. 2950)
ث. وَمَنْ
قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barang
siapa berbicara tentang al-Qur’an berdasarkan nalarnya saja maka hendaklah dia
mempersiapkan kedudukannya di neraka” (HR al- Tirmidzi/Sunan al-Tirmidzi V/1999
hadits No. 2951)
ج. قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَوَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ
مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Telah
bersabda Rasulullah Saw: “Janganlah kalian mencerca para shahabatku. Demi Dzat
yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalau seandainya salah seorang di antara kalian
berinfaq emas sebesar gunung Uhud maka tidak akan dapat menandingi satu mud
dari mereka bahkan tidak pula setengahnya” (HR. Al-Bukhari, dalam Shahih
al-Bukhari Juz II/hal 347 No. 3546; Muslim, dalam Shahih Muslim Jilid II
hal.1171; dan al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi Juz V/hal. 696 hadits No.
3761)
ح.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهَ اللَّهَ فِي
أَصْحَابِي اللَّهَ اللَّهَ فِي أَصْحَابِي لَا تَتَّخِذُوهُمْ غَرَضًا بَعْدِي فَمَنْ
أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّي أَحَبَّهُمْ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِي أَبْغَضَهُمْ
وَمَنْ آذَاهُمْ فَقَدْ آذَانِي وَمَنْ آذَانِي فَقَدْ آذَى اللَّهَ وَمَنْ آذَى اللَّهَ
يُوشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ
Takutlah
kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu
menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa
mencintai mereka, maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barang siapa
membenci mereka, maka berarti semata-mata karena membenciku. Dan barangsiapa
menyakiti mereka berarti dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku
berarti dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah
dikhawatirkan Allah akan menghukumnya. (HR al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi
Juz V/hal. 696 hadits No. 3762)
خ.
عن عُوَيْمِ بْنِ سَاعِدَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: “ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى
اخْتَارَنِي، وَاخْتَارَ لِي أَصْحَابًا، فَجَعَلَ لِي مِنْهُمْ وُزَرَاءَ وَأَنْصَارًا
وَأَصْهَارًا، فَمَنْ سَبَّهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ، وَالْمَلَائِكَةِ، وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ، لَا يقْبَلُ الله مِنْهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ صَرْفا وَلَا عَدْلا.( أخرجه
ابو نعيم فى معرفة الصحابة ج3/ص 1745: رقم 4424 ؛ والطبراني في الأوسط ج1 /
ص 272 رقم 456 ؛ والحاكم في المستدرك ج4/ص68 رقم 2735)
Dari Uwaim
bin Sa’idah ra, sesunguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memilih diriku, lalu memilih untukku para
sahabat dan menjadikan mereka sebagai pendamping dan penolong. Maka siapa yang
mencela mereka, atasnya laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia.
Allah Ta’ala tidak akan menerima amal darinya pada hari kiamat, baik yang wajib
maupun yang sunnah”.
د.
إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا
“Jika
seseorang mengkafirkan saudaranya, maka sesungguhnya kalimat itu kembali kepada
salah satu dari keduanya.” (HR Muslim, dalam Shahih Muslim Jilid I/hal 47
hadits No. 111, hadits senada diriwayatkan oleh al-Bukhari, Juz III/hal. 408
No.5883)
ذ.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِي اللَّه عَنْه أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالْفُسُوقِ وَلَا يَرْمِيهِ
بِالْكُفْرِ إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ
Dari Abi
Dzar ra bahwa dia mendengan Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seseorang
melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan kefasikan, dan tidak pula
melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan kekafiran, melainkan hal itu akan
kembali kepadanya apabila yang dituduh ternyata tidak demikian”.(HR al-Bukhari,
Shahih Bukhari Juz III/ hal. 396, No. 582)
ر.
إِنَّ مِنْ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبَا بَكْرٍ
وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا غَيْرَ رَبِّي لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ وَلَكِنْ
أُخُوَّةُ الْإِسْلَامِ وَمَوَدَّتُهُ ِ
Sesungguhnya
manusia yang paling terpercaya di sisiku dengan harta dan jiwanya adalah Abu
Bakar. Seandainya aku memilih kekasih, selain Tuhanku maka aku akan memilih Abu
Bakr, Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam
Islam. (HR al-Bukhari, Juz II/hal 344 No. 3529; hadits senada diriwayatkan oleh
Muslim, Shahih Muslim Jilid II/hal 1119)
ز.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ
مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
Rasulullah
Saw bersabda ikutilah teladan orang-orang setelahku yaitu Abu Bakar dan Umar
(HR al-Tirmidzi, Juz V/hal 609 No. 3662)
س. عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم-
« أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِى الْجَنَّةِ
وَعَلِىٌّ فِى الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِى الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِى الْجَنَّةِ
وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِى الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِى الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ
فِى الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِى الْجَنَّةِ
Dari
Abdurrahman bin Auf dia berkata; Rasulullah Saw bersabda: “Abu Bakar di syurga,
Umar di syurga, Utsman di syurga, Ali di syurga, Thalhah di syurga, Zubair di
syurga, Abdurahman ibn Auf di syurga, Sa’ad (ibn Abi Waqqash) di syurga, Said
(ibn Zaid ibn Amru ibn Nufail) di syurga, Abu Ubaidah ibn al-Jarrah di syurga”
(HR al-Tirmidzi, Juz V/hal 647 hadits No. 3747)
ش. عن
مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ وَأَخُوهُ عَبْدُاللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِمَا أَنَّ
عَلِيًّا رَضِي اللَّه عَنْهم قَالَ لِابْنِ عَبَّاسٍ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الْمُتْعَةِ وَعَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ
زَمَنَ خَيْبَرَ
Dari
Muhammad bin Ali dan saudaranya Abdullah bin Muhammad dari Bapak keduanya
bahwasanya Ali Ra berkata kepada Ibnu Abbas sesungguhnya Nabi saw melarang
mut’ah dan makan daging keledai jinak pada masa perang khaibar. (HR al-Bukhari,
Juz III/hal 200, hadits No. 4925)
ص.
عَنْ إِيَاسِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَخَّصَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ أَوْطَاسٍ فِي الْمُتْعَةِ ثَلَاثًا ثُمَّ نَهَى عَنْهَا
Dari Iyas
bin Salamah dari ayahnya berkata : Rasulullah memperbolehkan nikah mut’ah pada
saat perang autas selama tiga hari lalu melarangnya. (HR. Muslim, Shahih Muslim
Jilid II/hal. 633)
Hadits
Mauquf kepada Ali ra.
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ قَالَ قُلْتُ
لِأَبِي أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ أَبُو بَكْرٍ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ عُمَرُ وَخَشِيتُ أَنْ يَقُولَ عُثْمَانُ
قُلْتُ ثُمَّ أَنْتَ قَالَ مَا أَنَا إِلَّا رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Dari Muhammd
bin Hanafiyah dia berkata; Aku bertanya kepada bapakku (yakni Ali bin Abi
Thalib radhiallahu ‘anhu): Siapakah manusia yang terbaik setelah Rasulullah ?
beliau menjawab: “Abu Bakar”. Aku bertanya (lagi): “Kemudian siapa?”. Beliau
menjawab: “Umar”. Dan aku khawatir beliau akan berkata Utsman, maka aku
mengatakan: “Kemudian engkau?” Beliau menjawab: “Bukan aku kecuali seorang dari
kalangan muslimin”.(diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih Bukhari Juz
II/hal 347 No.3544)
3. Pendapat Para Ulama
1) Pendapat Imam Malik
روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : وَسَمِعْتُ
أَبَا عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: قَالَ مَالِكٌ: الَّذِي يَشْتِمُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ لَهُ سَهْمٌ، أَوْ قَالَ: نَصِيبٌ فِي الإِسْلامِ
( الخلال / السن: ۲،٥٥٧ )
Al Khalal
meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, katanya : Saya mendengar Abu Abdulloh
berkata, bahwa Imam Malik berkata : “Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi,
maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam” ( Al Khalal / As Sunnah, 2-557 )
2) Pendapat Imam Ahmad
روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : سَأَلْتُ أَبَا
عَبْدِ اللَّهِ: عَنْ مَنْ يَشْتِمُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعَائِشَةَ؟ قَالَ: مَا
أُرَآهُ عَلَى الإِسْلامِ ( الخلال / السنة : ۲، ٥٥٧)
Al Khalal
meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, ia berkata : “Saya bertanya kepada Abu
Abdullah tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah? Jawabnya, saya
berpendapat bahwa dia bukan orang Islam”. ( Al Khalal / As Sunnah, 2-557).
3) Pendapat Ibnu Hazm
فإن الروافض ليسوا من المسلمين إنما هي فرق حدث
أولها بعد موت النبي صلى الله عليه و سلم بخمس وعشرين سنة وكان مبدؤها إجابة من خذله
الله تعالى لدعوة من كاد الإسلام وهي طائفة تجري مجرى اليهود والنصارى في الكذب والكفر
Sesungguhnya
rofidhoh bukanlah dari kalangan kaum muslimin, kelompok ini mula-mula muncul 25
tahun setelah Nabi –shollallohu ‘alaihi wa sallam - wafat. Dan asalnya bermula dari mengikuti
dakwah seorang yang Alloh hinakan yang hendak memerangi Islam kelompok ini berjalan di atas jalannya
orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam kedustaan
dan kekufuran. (Al-Fishol fil-milal 2/213)
4) Pendapat KH Hasyim Asyari (Rois Akbar
PBNU)
وَاصْدَعْ بِمَاتُؤْمَرُ لِتَنْقَمِعَ الْبِدَعُ
عَنْ اَهْلِ اْلمَدَرِوَالْحَجَرِ. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم “اِذَاظَهَرَتِ
الْفِتَنُ اَوِالْبِدَعُ وسُبَّ اَصْحَابِيْ فَلْيُظْهِرِالْعَالِمُ عِلْمَهُ فَمَنْ
لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
Sampaikan
secara terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar
bid’ah-bid’ah terberantas dari semua orang. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila
fitnah-fitnah dan bid’ah-bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku di caci maki, maka
hendaklah orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa tidak berbuat
begitu, maka dia akan terkena laknat Allah, laknat Malaikat dan semua orang.”(Muqadimah
Qanun Asasi Nahdlatul ulama).
MEMUTUSKAN
1. Mengukuhkan dan menetapkan keputusan MUI-MUI daerah yang
menyatakan bahwa ajaran Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang
menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) serta ajaran-ajaran
yang mempunyai kesamaan dengan faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah
SESAT DAN MENYESATKAN.
2. Menyatakan bahwa penggunaan Istilah Ahlul Bait untuk pengikut
Syi’ah adalah bentuk pembajakan kepada ahlul bait Rasulullah Saw.
Merekomendasikan:
- Kepada Umat Islam diminta untuk waspada agar tidak mudah terpengaruh dengan faham dan ajaran Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya)
- Kepada Umat Islam diminta untuk tidak mudah terprovokasi melakukan tindakan kekerasan (anarkisme), karena hal tersebut tidak dibenarkan dalam Islam serta bertolak belakang dengan upaya membina suasana kondusif untuk kelancaran dakwah Islam
- Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar tidak memberikan peluang penyebaran faham Syi’ah di Indonesia, karena penyebaran faham Syi’ah di Indonesia yang penduduknya berfaham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah sangat berpeluang menimbulkan ketidakstabilan yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
- Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku antara lain membekukan/melarang aktivitas Syi’ah beserta lembaga-lembaga yang terkait.
- Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar bertindak tegas dalam menangani konflik yang terjadi, tidak hanya pada kejadiannya saja, tetapi juga faktor yang menjadi penyulut terjadinya konflik, karena penyulut konflik adalah provokator yang telah melakukan teror dan kekerasan mental sehingga harus ada penanganan secara komprehensif.
- Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar bertindak tegas dalam menangani aliran menyimpang karena hal ini bukan termasuk kebebasan beragama tetapi penodaan agama.
- Kepada Dewan Pimpinan MUI Pusat dimohon agar mengukuhkan fatwa tentang kesesatan Faham Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) serta ajaran-ajaran yang mempunyai kesamaan dengan faham Syi’ah sebagai fatwa yang berlaku secara nasional.
Surabaya 27 Shofar 1433 H
21 Januari 2012 M
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA
INDONESIA (MUI)
PROPINSI JAWA
TIMUR
Ketua Umum Sekretaris
Umum
KH. Abdusshomad
Buchori Drs. H Imam
Tabroni, MM