Allah memberi peringatan agar jangan membunuh anak karena takut kemiskinan dan kepapaan didalam ayat Al An’am 151 , ayat ini mengingatkan jangan membunuh anak karena hidup miskin, khawatir anak tidak terbelanjai. Karena perbuatan yang demikian itu hanya bisa terjadi pada orang jahiliyah yang kepercayaannya kepada pertolongan Allah yang sangat tipis.
Sedangkan lanjutan ayat ini Allah bersabda :”Kamilah yang memberikan
rezeki kamu dan kepada mereka.” Yaitu sesuai dengan apa yang telah
dijaminkan Allah di dalam surat 11, surat Hud ayat 6, bahwasanya tidak
ada suatu makhluk yang melata, merangkak, berjalan, di atas bumi ini
melainkan sudah ada jaminan rezekinya di sisi Allah dan telah diketahui
dimana dia akan tinggal dan dimana dia akan dikubur kelak.
Itu sebabnya maka pegangan hidup yang pertama tadi ialah percaya
kepada Allah dan jangan mempersekutukan yang lain dengan Allah. Karena
kepercayaan kepada Allah menimbulkan cahaya dalam hati, inspirasi dalam
mencari usaha kehidupan.
Bagi pendidikan anak sendiripun sangat berbahaya kalau orangtuanya
membayangkan bahwa kedatangannya di dunia ini hanyalah semata mata akan
memberati hidupnya.
Di zaman jahiliyah benar benar ada orang yang membunuh anak karena
takut akan miskin. Sampai sekarang masih terdapat bangsa yang miskin
menjual anaknya karena tidak mampu memberi makan. Tetapi ada lagi yang
lebih buruk, yaitu meracun jiwa anak sendiri dengan memberikan didikan
yang salah, karena mengharapkan “jaminan hidup” . Orang yang menyerahkan
anaknya masuk sekolah Kristen, karena pengaruh pendidikan sekuler yang
mengajarkan bahwa hidup itu teratur ialah meniru perilaku orang barat,
dan agama orang barat itu ialah Kristen. Ini membuktikan pendidikan jiwa
“budak” itu setelah tanah air ini merdeka masih belum hilang sama
sekali.
Berkata Al Hakim :”Termasuk di dalam minuman semacam obat untuk menggugurkan kandungan”
Berkata pengarang kitab Al Hakam : “ Wajiblah atas seorang perempuan
yang telah terputus haidnya supaya berjaga jaga jangan sampai dia
meminum obat obat yang dikhawatirkan akan dapat meyebabkan gugur
kandungannya.”
Sehubungan dengan ini, teringatlah kita kepada program dunia modern
yaitu “Keluarga Berencana” yaitu usaha menjarangkan kelahiran anak; atau
usaha memperkecil jumlah anak karena takut akan miskin.
Program tersebut lahir karena kecemasan kalau kalau perbandingan di
antara penduduk dunia atau penduduk suatu negeri tidak seimbang dengan
persediaan makanan. Maka pemerintah suatu negeri yang merasa tidak
berdaya memberi makanan yang cukup itu berusaha mempropagandakan
keluarga berencana (KB) atau kelahiran manusia dibatasi. Untuk itu
diadakanlah obat obat pencegah hamil, ada yang berupa pil atau kapsul
dan ada pula yang berupa operasi kecil pada alat kelamin, dan ada juga
berupa suntikan.
Setelah KB ini popular di seluruh dunia, terutama sekali
dipropagandakan dalam Negara yang ekonominya lemah, maka timbullah
gejala gejala lain yang tidak diinginkan, sebab perhitungan ekonomi atau
perhitungan bertambah besarnya jumlah penduduk tidak seimbang dengan
perbentengan rohani. Dipergunakan obat anti kehamilan itu untuk menahan
kelahiran hubungan seksual diluar nikah. Di dalam kota kota besar
terdapatlah gadis gadis dan para pemuda yang belum menikah menyimpan pil
pil anti hamil, agar kalau berzina jangan sampai mengandung.
Dan dalam kenyataannya pula ialah bahwa pada orang orang yang masih
kuat agamanya, kuat imannya dan teguh kepercayaannya kepada jaminan
hidup dari Allah, propaganda KB tidaklah begitu diyakini. Yang
menjalankan KB hanyalah yang telah lemah imannya dan rasa agamanya.
Perempuan perempuan yang menuruti kehidupan modern merasa bahwa anak
anak itu sangat menghalangi langkahnya untuk bergerak kemana mana buat
bercengkrama, bertemu dengan kawan, bergaul bebas, keluar pelesir.
Sehingga dengan demikian itu kian lama jelas bahwa tujuan pertama dari
KB tidak tercapai, tetapi nyatanya KB diteruskan juga, bukan lagi karena
tekanan ekonomi, tetapi untuk “menutup malu” yang telah tercoreng pada
keningnya kehidupan modern. (Hamka)