Gurindam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
Naskah asli oleh : Deka Maita Sa
Diedit oleh : DR. Mestika Zed, Abraham Ilyas
A. Pendahuluan
B. Musyawarah anak nagari di Padang Kiau
C Perang terjadi di nagari Manggopoh
D. Letnan Yusuf memimpin pertahanan di Manggopoh
E. Manggopoh tidak mudah ditaklukkan tentara Soekarno
G. Penutup kisah
Sumber:
http://nagari.or.id/index.php?moda=palanta&no=114
Naskah asli oleh : Deka Maita Sa
Diedit oleh : DR. Mestika Zed, Abraham Ilyas
A. Pendahuluan
Puji syukur pada Illahi RabbiSalawat dan salam kepada NabiIni kisah masa PRRIKetika perang melanda nagariSuka duka takdir AllahTuhan semesta yang disembahMohon izin kami berkisahNagari Manggopoh dalam sejarahAmpun dimohon pada IllahiMaaf diminta kepada yang ahliJika khilaf dalam hal iniJangan marah kepada kamiSudah umum di atas duniaBodoh dan kurang pada manusiaApalagi penulis masih beliaDiminta diskusi selalu sediaBukan hendak mencari tuahAtau tujuan mencari masalahHanya menulis pelurusan sejarahSupaya nan benar tetap di tengahSaya menulis dasarnya ceritaSumbernya bukan dokumen negaraHasil catatan waktu wawancaraOrang sekampung sanak saudaraHasil wawancara sanak sekampungKisah nenek serta andungMengalami peristiwa secara langsungSaat bergolak mereka bergabungDari kejadiaan di nagari ManggopohHikmah diambil dijadikan contohPengorbanan rakyat maupun tokohOrang pandai ataupun bodohOrang Manggopoh gagah beraniSeperti pahlawan Mandeh SitiKompeni dipancung sampai matiKarena merusak adat nagariManggopoh nagari yang suburBanyak menghasilkan sayur mayurBeserta daging dengan telurSedikit yang miskin, banyak yang makmurIbarat surga muncul di duniaBatang Antokan sungai utamaBermacam ikan seperti NilaBerkembang biak sesukanyaSekarang terjadi banyak perubahanAkibat samping dari pembangunanApa yang terjadi di batang AntokanTiada lagi menghasilkan ikanTerjadi perubahan muka airDari hulu sampai ke hilirKini di sungai terlihat pasirKetika hujan terjadi banjirUntuk diingat anak kemenakanNagari Manggopoh, nagari PahlawanPantang dijajah, susah ditaklukkanMusuh yang datang telah merasakanPeristiwa terjadi 19-08Dengan Belanda Manggopoh berhadapanPerang belasting orang katakanMandeh Siti jadi pimpinan
B. Musyawarah anak nagari di Padang Kiau
Suasana perang di tahun pertama
APRI hanya menduduki kota
PRRI menyiapkan perang yang lama
Anak nagari diajak serta
Ketika situasi bertambah kacau
Ninik mamak menjadi risau
Semua kemenakan lalu dihimbau
Untuk bermusyawarah di Padang Kiau
Guna membantu para pejuang
Anak nagari wajib menyumbang
Rapat memutuskan iuran perang
Penduduk menerima berhati senang
Ikut serta dengan keyakinan
Tua muda tidak ketinggalan
Semua orang ikut berkorban
Nyawa di badan jadi taruhan
Musyawarah di Kiau patut dicatat
Semua penduduk bersatu niat
Kepada Pusat tak perlu taat
Karena Soekarno telah berkhianat
Ninik mamak dan cerdik pandai
Alim ulama beserta labai
Termasuk bunda dan amai amai
Berjanji setia tak akan bercerai
Hasil musyawarah yang disepakati
Apapun masalah yang akan terjadi
Tak akan bercerai membela nagari
Di bawah pimpinan pejuang PRRI
Tidak peduli laki perempuan
Semua penduduk ingin berkorban
Karena terpanggil oleh keyakinan
Rasa senagari dalam persatuan
Patut dicatat dalam sejarah
Ibu muda bernama Sawiyah
Ikut bertempur tanpa diupah
Menyandang bedil terlihat gagah
Mekipun penduduk desa terpencil
Sawiyah berperang menggunakan bedil
Meninggalkan bayi yang masih kecil
Karena nagari telah memanggil
Keputusan lain yang disepakati
Kehidupan masyarakat tak boleh berhenti
Walau pertempuran selalu terjadi
Begitulah kebiasaan adat nagari
Karena perang berlangsung terus
Setiap kegiatan perlu diurus
Penduduk menyumbang nasi bungkus
Pegawai mendirikan bermacam kursus
Walau tak semua ikut bertempur
Para remaja tak boleh menganggur
Bidang pendidikan lalu diatur
Di Sekolah Penampungan mereka dilebur
Kalau nagari diduki tentara
Tujuan mengungsi untuk bersama
Bukit Antokan di Manggopoh Utara
Tempat ijok di hutan rimba
C Perang terjadi di nagari Manggopoh
Ketika APRI menduduki kota
Guru dan pegawai pindah ke desa
Anak isteri ikut dibawa
Nagari bertambah jumlah penduduknya
Karena tak sama pendirian ideologi
Pegawai dan guru pergi mengungsi
Meninggalkan kota yang telah sepi
Tandanya setia pada PRRI
Dari Pariaman dan nagari Tiku
Pengungsi datang satu persatu
Tidak dianggap sebagai tamu
Kemenakan dibimbing, anak dipangku
Pengungsi dijadikan anak kemenakan
Sedang susah mendapat kesulitan
Perlu dibantu diberi perhatian
Dipinjamkan rumah dibantu makan
Penduduk membantu dengan ikhlas
Walau hanya ubi talas
Bagi pengungsi sangat berbekas
Percaya Allah pasti membalas
Karena perjuangan tegakkan yang adil
Menggunakan perlengkapan senjata bedil
Anak nagari ikut terpanggil
Tua muda, besar dan kecil
Dari dahulu sampai sekarang
Alasan rakyat terlibat perang
Mengikuti pesan nenek moyang
”Tuah sekata, celaka bersilang”
Mulanya perang ketika terjadi
Tahun 58 Manggopoh didatangi
Tujuan musuh mengacaukan PRRI
Nagari tidak perlu diduduki
Awal Manggopoh mencium mesiu
APRI datang dari Tiku
PRRI menghadang di Balai Satu
Tembak menembak berlangsung seru
Mortir ditembakkan dari jauh
Tiada jelas tempatnya jatuh
Penduduk ketakutan keluar peluh
Penyakit jantung menjadi kambuh
Ibarat memilih acak acakan
Hadiah tak langsung dijatuhkan
Bom mortir yang ditembakkan
Lokasi jatuh tak bisa ditentukan
Walau sasaran sering meleset
Desingan mortir mirip roket
Karena terkejut sangat kaget
Ada yang pingsan, banyak yang mencret
Saat subuh masih berkabut
Kedatangan APRI lalu disambut
Dengan tembakan sahut bersahut
Suasana kacau timbul kalut
Berkali kali APRI datang
Dalam perjalanan sering dihadang
Terdengar letusan berulang ulang
Begitu suasana ketika perang
Suatu ketika saat operasi
APRI datang berjalan kaki
Tiada tembakan yang mengiringi
Nagari lengang terlihat sepi
Amaik Ali penduduk biasa
Bukan sukarelawan ikut gerilya
Menjadi korban perang saudara
Dibunuh tentara yang dari Jawa
Ketika asyik mencari rumput
Saat dipanggil tidak menyahut
Tantara marah sambil bercarut
Amat dibunuh tanpa diusut
Walau tidak punya masalah
Amat ditembak bersimbah darah
Tubuh terkapar di pematang sawah
Sebelum diusung menuju rumah
Karena tiada disiplin tentara
Pada pasukan kelompok gerilya
Terjadi tuduhan dasarnya curiga
Seperti dialami Amin Duya
Amin Duya komandan kompi
Pergi ke Padang urusan pribadi
Prajurit ditinggal tanpa koordinasi
Ketika pulang ditembak mati
Amin Duya dianggap bersalah
Dikira berunding hendak menyerah
Amin dibunuh tidak bisa dicegah
Karena prajurit sangat marah
Menjadi serdadu harus disiplin
Patuh dan taat kepada pemimpin
Semua perintah dikerjakan yakin
Tak boleh menjawab: ”tidak mungkin”
D. Letnan Yusuf memimpin pertahanan di Manggopoh
Letnan Yusuf prajurit sejati
Di Manggopoh dia mengabdi
Memberi perintah sambil menasehati
Mengatur pasukan tentara PRRI
Kalau Yusuf memberi perintah
Jangan dijawab, tak boleh dibantah
Apalagi ditolak dengan marah
Demikian prajurit punya sumpah
Ketika musuh telah datang
Di Aia Dadok mereka dihadang
Dengan peluru bermacam senapang
Musuhpun lari tunggang langgang
Karena tak ingin segera dikubur
Musuh berlarian segera mundur
Masuk kolam ada yang tercebur
Badannya kotor berlepotan lumpur
Walau kemenangan hanya sesaat
Yusuf berjasa membangkitkan semangat
Dia berhasil mengusir Pusat
Karena Yusuf ahli siasat
Bermacam perintah perlu diberikan
Termasuk memutus titian jembatan
Agar musuh jadi kelabakan
Saat terjadi operasi pertempuran
Kalau prajurit tidak taat
Ibarat berlari jalan di tempat
Bintang jasa tak akan didapat
Mungkin tubuh bisa sekarat
Supaya pertempuran berhasil menang
Disiplin mati kata orang
Prajurit bereaksi ibarat wayang
Gerakan diatur oleh Ki Dalang
Begitulah adat seorang prajurit
Berpantang menangis, apalagi menjerit
Tiada istilah merasa pahit
Hidup diatur oleh isyarat pluit
E. Manggopoh tidak mudah ditaklukkan tentara Soekarno
Dua tahun setelah dimulai
Tujuan perang belum tercapai
Walau ke Manggopoh telah sampai
Kedua pihak intai mengintai
Ketika APRI pergi menyerbu
Penunjuk jalan sangat perlu
Dulah Palak sedia membantu
Saat menyusuri Batang Tiku
Dulah Palak telah berjasa
Kepada Pusat Pemerintah Jakarta
Dia disebut sebagai mata mata
Dulah berpihak kelompok berbeda
Walau tak disepakati Ninik Mamak
Pilihan berbeda dipilih Palak
Kepada APRI Dulah berpihak
Niat di hati susah ditebak
Balas jasa dari APRI
Setelah Pusat menguasai nagari
Dulah diangkat sebagai Wali
Begitulah manusia menyalurkan ambisi
Karena belajar peta situasi
Musuh mengubah konsep strategi
Nagari perlu segera diduduki
Tahun 60 perubahan terjadi
Sesudah tahun enam puluh
APRI gunakan kekuatan penuh
Pertahanan PRRI banyak yang jatuh
Kini nagari diduduki musuh
Guna menduduki daerah musuh
Akhir Mei tahun enam puluh
APRI bergerak secara penuh
Memakai truk berpuluh puluh
Operasi Katenggang mereka namakan
Berjalan kaki, naik kenderaan
Jumlahnya banyak mungkin ribuan
Bersenjata berat maupun ringan
Tentara Pusat sangat berpengalaman
Sudah dewasa ada yang jenggotan
Veteran perang zaman kemerdekaan
Menghadapi TP bukanlah padanan
Sukarelawan PRRI pemuda remaja
Periode asuhan ayah bunda
Senang bergelut sambil bercanda
Kini terpanggil menyelamatkan bangsa
Dalam pertempuran di saat perang
Terjadi kelahi tidak seimbang
Hanya bermodal besar karengkang
Melawan APRI yang telah matang
Ibarat cerita berakhir sedih
Meskipun senjata sudah canggih
Ketika bertempur belum dilatih
Kurang disiplin, kerap berdalih
F. Korban berjatuhan pada rakyat sipil
Wali Perang Datuk Rangkayo Hitam
Beliau mengingatkan ajaran Islam
Masyarakat jangan menyimpan dendam
Semua sengketa diakhiri salam
Dalam situasi perang saudara
Dendam lama sangat berbahaya
Bisa terjadi kehilangan nyawa
Masalah kecil besar akibatnya
Saat perang kerap terjadi
Dendam lama dan sakit hati
Termasuk urusan masalah pribadi
Akibatnya fatal ngeri sekali
Kejadiaan si Akuik mati ditembak
Dia salah mengikuti kehendak
Janda gerilyawan yang dia ajak
Dijadikan isteri menurut syarak
Walaupun syah menurut aturan
Hukum perang tiada kepastian
Yang lemah langsung ditelan
Yang kuat berlantas angan
Kisah cinta membawa getir
Kini menjadi buah bibir
Jasad si Akuik ditimbun pasir
Di tepi sungai tenang mengalir
Saat menunggu pondok di ladang
Di tempat sepi keadaannya lengang
Mak Cangkuah ditimpa malang
Anak beranak dibunuh orang
Walau Cangkuah tidak terlibat
Mendukung PRRI ataupun Pusat
Nasib sial tetap mendekat
Begitulah derita menimpa rakyat
Kejahatan perang perlu didaftar
Dangau Mak Cangkuah juga dibakar
Mencari pelaku sangatlah sukar
Sampai kini tak pernah terbongkar
Agar gerilyawan segera kembali
Isteri disuruh membujuk suami
Rumah diberi bertanda kali
Nama dituliskan jelas sekali
Nama ditulis di dinding rumah
Hurufnya hitam atau merah
Tanda keluarga ada yang bersalah
Menjadi pemberontak melawan pemerintah
Isteri juga wajib melapor
Sekali seminggu datang ke kantor
Ini bukan cerita rumor
Begitulah Soekarno menebar teror
Oleh tentara berwajah seram
Pertanyaan diberikan macam macam
Di mana suami kini berdiam
Apakah pernah pulang malam
Di book istilah dari penguasa
Maksudnya isteri dijadikan sandera
Ketika malam nginap di pos jaga
Setelah pagi kembali ke keluarga
Peraturan kejam, aneh sekali
Perbuatan cemo di adat nagari
Perempuan tidur di dalam tangsi
Bayi di rumah ditinggal sepi
Karena suami belum tertangkap
Di Pos tentara isteri menginap
Tidur kedinginan di kamar gelap
Sering menangis disertai ratap
Ini kejahatan luar biasa
Rezim Soekarno punya dosa
Adat nagari mereka perkosa
Perlu diingat anak bangsa
Datuk Soda meninggalkan pesan
Untuk diingat anak kemenakan
Dosa Soekarno bisa dimaafkan
Kesalahan rezim tak boleh dilupakan
G. Penutup kisah
Ketika Manggopoh diduduki APRI
Banyak penduduk pergi mengungsi
Rimba Antokan berhutan Kopi
Tempat ijok paling disukai
Waktu APRI menempatkan serdadu
Pos didirikan di Balai Sabtu
Markas diberi pagar bambu
Penduduk bimbang mulai ragu
Inilah kisah pasca PRRI
Ceritanya penuh dengan ironi
Walau dikeluarkan amnesti abolisi
Tapi Soekarno tidak menepati
Ketika OPR naik bintang
Rakyat ketakutan bukan kepalang
Salah sedikit kena lampang
Kalau membantah tinju melayang
Asal mulanya pelanggaran Hak Asasi
Saat penguasa lakukan interogasi
Lampang melampang selalu terjadi
Terhadap tertuduh ataupun saksi
OPR bertindak over akting
Susah diajak untuk berunding
Karena butahuruf, gembala kambing
Kini diberi peranan penting
Begini kebiasaan raja memerintah
Dilarang bertanya, haram membantah
Kalau menghadap wajib menyembah
Pemimpin dan rakyat perlu dipisah
Ketika pemerintahan tidak cocok
Orang Minang menjadi syok
Tiada kekuasaan yang dipandang elok
Banyak terjadi sogok menyogok
Sumber:
http://nagari.or.id/index.php?moda=palanta&no=114