Pituah Mamak untuk Kamanakan


Oleh : Muhammad Yamin

Masih teringat aku pituah mamak dikampuang, tatkala aku ingin mencoba merantau ke Palembang, ini adalah pilihan terakhir untuk mengadu nasib, karena sebelumnya ada beberapa pilihan yang harus aku pertimbangkan secara matang, dimana sebulan yang lalu aku telah mencoba untuk melamar menjadi pegawai di Pabrik Semen Indarung, dengan bermodalkan ijazah SMA, harapanku rasanya tipis untuk diterima menjadi pegawai, walaupun aku telah mengikuti test sebanyak dua kali, karena aku tidak mempunyai koneksi di perusahaan itu, inilah yang menjadi kegalauanku sepanjang hari.

Disamping itu aku tidak mau mengangur untuk lebih lama lagi, karena latarbelakang kehidupan kami dikampung dalam keadaan pas-pasan dimana aku sejak kelas satu SD, Ibunda tercinta telah meninggal dunia, dan Ayah kawin lagi setahun kemudian. Kami ada empat kakak beradik tinggal bersama etek. Untuk meringgankan beban etek, kami mencari upah kasawah sampai aku tamat SMA, tidak mungkin rasanya untuk melanjutkan sekolah ketingkat perguruan tinggi, karena biayanya tidak memadai. Niatku untuk merantau rupanya kedengaran oleh mak’angah, kebetulan ketika bermain kerumahnya, lantas aku dipanggilnya.


“Kamarilah yuang, ado saketek ka den tanyoan” panggil mamak dipalanta

“Iyo Mak “ aku segera menghampirinya dan duduk dihadapannya
“Iyo wa’ang baniat kamarantau ka Palembang” kato mak’angah

“Iyo mak, awaklah mangirim surek kadakek mak’etek di Palembang, iko balasannyo “ aku menyerahkan surat kepada mak’angah dan dibacanya.
“Jadilah kalau baitu, mamak satuju sajo dan danga kan pituah mamak ko yang harus wa’ang pakai, mudah-mudahan selamait dan dan sukses wa’ang dirantau, mamak hanyo mambarikan ampek macam BASI yaitu partamo;

BASILURUIH, artinyo dalam mengarungi kehidupan ini kito harus jujur, baik dalam perkataan maupun perbuatan, sekali sajo wa’ang baduto (berbohong) maka kepercayaan orang lain kepada kito akan bakurang dan sirna, sehingga wa’ang tidak dapat diberi tanggungjawab yang lebih untuk memajik sesuatu pekerjaan atau tugas yang memerlukan kejujuran dengan demikian maka cepat atau lambat kareir wa’ang akan hancur, sabananyo baduto kepada orang lain samahalnyo baduto kadiri awak surang, dimana suatu saat kebohongan itu akan muncul dengan sendirinya dalam diri kito yang akan menuntut klarifikasi atau menghantui dengan pikiran yang macam-macam sehingga kita tidak menemukan ketenangan dalam hidup ini, bilamana pekerjaan itu dilakukan dengan kejujuran dan keikhlasan maka wa’ang tidak merasa terbebani baik pikiran maupun kelelahan pada anggota tubuh wa’ang. Ado pribahasa minang nan mangatokan ‘taimpik nak di ateh, takurang nak di luar’ nan iko jan wa’ang pakai karena indak basiluruih. Selanjutnyo nan kaduo;


BASILUNAK, artinyo awakko harus bersifat fleksibel dapat bergaul dengan siapo sajo indak mamilih namun kito tantunyo mempunyai akhlak yang mulia, hal ini dapat capai apabilo kito mempertahankan Aqidah dan menjalan Ibadah serta mempunyai jati diri yang tangguh dan jelas, tidak menjadi orang yang hanya ikut-ikutan sajo, nan ketek dikasihani, samo gadang diajak bakawan, nan tuo dihormati, jan lupo kato manurun, kato baiyo dan kato naik, Allah SWT berfirman:


“Hai manusia , sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki - laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku - suku supaya kamu saling kenal mengenal . Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu . Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal “. (49:13, Al-Hujurat), selanjutnyo Nan katigo;

BASIKAREH, artinyo dalam menjalankan tugas awakko harus gigiah, rajin sampai selesai dan berhasil dengan penuh tanggung jawab, jangan bermalas-malasan lakukanlah kerjaan itu dengan disiplin dan beraturan. Semangkin banyak tugas dan tanggung jawab wa’ang nan dikarajokan semangkin banyak pulo pengalaman dan ilmu yang wa’ang dapek. Allah SWT telah mengingatkan kepada hambanya di dalam Al-Qur’an”


"….Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ….. (13:11, Ar-Ra`d )

Ado pepatah nan mengatokan ‘barakik-rakik kahulu, baranang-ranang kamudian, basakit-sakit dahulu, basanang-sanang kamudian’. Nan kaampek;

BASIBANA, artinyo segalo sesuatu nan dihadok’i harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam kerangko kabanaran, indak ratak dek paneh, indak lapuak dek hujan, indak condong dek angin, tetaplah pada pendirian, kesungguhan dan kebenaran. Jangan berubah-ubah pikiran apo nan sadang ditekuni kalau mau menjadi seorang pegawai bersungguh-sungguhlah, kalau mau menjadi seorang pedagang bersungguh-sungguhlah, karena dibalik kesungguhan wa’ang akan dapek memetik hasihnyo.
Dan nan paliang pantiang adalah jalankan perintah Allah SWT. dan jauhilah segala laranganNya, serta takutlah akan siksaNya, jan sekali-kali wa’ang mancubo-cubo maubah hukum Allah SWT. sebagaimana dijelaskan dalam AlQur’an :

“Mereka itu orang - orang yang kufur terhadap ayat - ayat tuhan mereka dan ( kufur terhadap ) perjumpaan dengan dia , maka hapuslah amalan - amalan mereka , dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi ( amalan ) mereka pada hari kiamat “. (18:105, Al-Kahfi)

“Telah sempurnalah kalimat tuhanmu ( al - quran ) , sebagai kalimat yang benar dan adil . Tidak ada yang dapat merubah - rubah kalimat - kalimat Nya dan dia - lah yang maha mendengar lagi maha mengetahui” (6:115, Al-Anam)
“Hai orang - orang yang beriman , masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya , dan janganlah kamu turut langkah - langkah syaitan . Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” . (2:208, Al-baqarah)

“Sesungguhnya agama ( yang diridhai ) di sisi Allah hanyalah Islam . Tiada berselisih orang - orang yang telah diberi al - kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka , karena kedengkian ( yang ada ) di antara mereka . Barang siapa yang kafir terhadap ayat - ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab - Nya “. (3:19, Ali imran)
“Hai orang - orang yang beriman , bertakwalah kepada Allah sebenar - benar takwa kepada - Nya ; dan janganlah sekali - kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” . (3:102, Ali imran)

Nah itulah pituah mamak jan wa’ang lupo”
“Iyo mak, tarimo kasih dan do’akan ambo mak” kataku, kemudian aku pulang kerumah merenungkan ampek macam BASI, petuah mak’angah buat bekalku nanti dirantau. Seminggu kemudian cita-cita ku merantau jadi terwujud, dikarenakan dukungan moril dan spirituil sanak famili dikampuang cukup memberikan semangat menjelang keberangkatku.

Perjalanan dari kampung hingga Palembang sangat melelahkan, yang tempuh tiga hari empat malam karena masih banyaknya pelayangan. Setibanya aku diPalembang, aku disambut dengan senang hati dan menurutku keluarga mak’etek sangat ramah dan penghidupannya cukup lumayan bila dibandingkan dikampung.

Tiga hari kemudian mak’etek, mananyakan sesuatu:
“Baa pangana wa’ang kini ko, apo mancari karajo dikantua, atau pai jo mak etek mangaleh ka pasa ? kato mak etek “Ambo, pai jo mak etek sajo mangaleh kapasar” jawab ku “Jadilah kalau baito, besuak pagi pai kito kapasa” kata mak etek sambil meletakkan cangkir kopinya. Esok paginya kami sama-sama pergi kepasar, aku harus banyak belajar dalam tata cara berdagang.

Dari hari ke hari aku selalu menekuni pekerjaan dengan senang hati dan tak terasa aku sudah delapan tahun bersama mak’etek ikut berdagang.
Alhamdulillah, dek karano pituah mamak akhirnya aku mandiri, berdagang di PS 16 (baca: Pe Es Satu Enam) hingga kini dan aku telah mempunyai seorang istri dan lima anak.

Template by:

Free Blog Templates