Bangsa Indonesia Masih Dalam Kemelut Panjang

Bangsa Indonesia telah memasuki hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan yang ke-64 tahun. Usia 64 tahun kemerdekaan bagi sebuah bangsa bukan usia yang relatif muda lagi. Bahkan, boleh dikatakan sudah matang. Saat sekarang ini, apakah masyarakat Indonesia telah merasakan arti kemerdekaan?. Dan apa makna kemerdekaan itu sesunggunya?.

Berikut petikan wawancara wartawan www.padang-today.com Muslim bersama Prof Dr Mestika Zed Dosen Sejarah Universitas dan Direktur Pusat Kajian Sosio-Budaya dan Ekonomi (PKSBE) Kampus Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang (UNP) Padang, Sumatera Barat beberapa waktu lalu.

Ukuran kematangan bagi sebuah bangsa itu apa?.

Itu relatif. Karena pada dasarnya satu generasi pemerintah dulu kalau benar-benar dijalankan dengan betul dan baik, serta adil maka bangsa Indonesia dengan satu generasi saja bisa maju. Bahkan sudah cukup membuat negara Indonesia ini bisa berobah. Misalnya dapat kita lihat pada Lee Kwan Yu di Singapore. Di sana cukup hanya satu generasi kepemimpinan tonggak pertamanya. Akibatnya, duduk satu pondasi pemerintahan di Singapore yang punya masa depan. Sementara generasi berikutnya hanya tinggal merintis dan melanjutkan saja lagi. Lihat sekarang, Singapore maju dan hasilnya tampak jelas dan berjalan.


Jadi Darimana Bisa Diukur kemerdekaan itu?.

Apakah rakyat sudah merasakan merdeka atau belum saat ini. Itu subyektif jawabannya. Yang ketiban durian runtuh tentu merasa aman-aman saja. Ya, Indonesia sudah merdeka ucapnya. Sementara, bagi mereka yang merasa hidupnya diujung tanduk terus. Dia merasa tidak tahan dan tidak merasakan merdeka. Tampak saat ini, rakyat selalu dibebani aturan-aturan dan merasa dibebani seperti zaman Belanda. Kemana kita mesti kembali mengukur. Dan sejauhmana kemerdekaan itu sudah dicapai atau tidak. Kita harus kembali kepada blue print Indonesia Merdeka. Yakni, cetak biru Indonesia merdeka itu terletak pada pembukaan UUD 1945. Di sanalah kita mau apa. Apa yang kita lakukan disitulah letaknya visi dan misi Republik ini.

Alasannya?.

Karena adanya republik yang ingin melindungi segenap bangsa Indonesia. Lalu, ingin mensejahterakan rakyat Indonesia, mencerdaskan bangsa, setara duduk sama rendah berdiri sama tegak dengan dunia internasional dalam berjuang. Lalu yang perlu kita pertanyakan. Apakah anak negeri ini sudah merasa aman tinggal di bumi Indonesia. Jawabannya rasanya agak susah dan tidak aman. Apalagi dengan adanya terorisme dan lain-lain. Para TKI kita pergi keluar negeri mencari kerja pulangnya bengkak-bengkak. Apakah ada negeri ini melindungi rakyatnya. Lihat pula para PKL di usir dan rumah mereka digusur. Menurut saya para pendiri bangsa (Foundhing Father) ini merasa kecewa dengan management pemerintahan hari ini. Betul-betul jauh panggang dari api. Baru tadi malam saya merekam Sholihin GP, dia merasa kecewa melihat hari ini, tidak bisa menjawab apa yang telah dicita-citakan oleh bapak bangsa. Sholohin GP merupakan pelaku sejarah dan pejuang kemerdekaan serta mantan Gubernur Jabar terakhir. Saat ini beliau masih sehat walafiat. Dan dia menyaksikan sendiri, juga termasuk orang yang merasa kecewa.

Apa Contohnya?.

Misalnya listrik mati, sehingga rakyat yang susah jadinya. Ketika PLN dihubungi tidak ada. Bahkan dioper kesana kemari. Begitu juga dengan air PDAM, airnya kotor, keluar kecil. Lalu ketika dihubungi minta keterangan apa salahnya tidak ada diterima. Begitu juga jawabannya. Padahal, disitu tertulis nomor aduannya. Menurut saya kita saat ini tidak terlindungi. Istilahnya cenderung mencari selamat sendiri. Ini yang banyak tampak. Saya rasa saat ini Indonesia belum mencapai sebuah titik kemerdekaan. Seharusya cukup dengan satu periode pemerintahan awal dulu, lalu pada saat ini kita sudah merasakan kemerdekaan sesungguhnya. Jadi, tampak sekali negara tidak melindungi rakyatnya.

Misal Berikutnya?.

Dapat kita lihat dari wilayah Indonesia satu persatu mulai hilang dan direbut bangsa lain. Ambalat jatuh ketangan orang Malaysia. Kekayaan laut kita digali oleh orang luar. Sementara kita tidak tahu. Hal ini disebabkan alat tekhnologi kita terbatas. Yang mencuri nelayan asing dengan peralatan serba canggih. Begitu juga tanah kita sudah di kapling-kapling, lihat di daerah Pasaman itu yang punya adalah para konglomerat-longlomerat dari Malaysia. Jadi, negeri ini sudah tergadaikan. Kita juga sering berbicara kecerdasan. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara sampai saat ini masalah tersebut itu ke itu saja dibicarakan. Malah buta hurup pada rakyat masih banyak terjadi. Pendidikan gratis, tetapi dilain pihak alangkah mahalnya biaya masuk perguruan tinggi (PT) untuk menjadi seorang mahasiswa. Ironisnya terjadi di sana manipulasi atau tipu-tipuan. Apakah mungkin sebuah sekolah negeri membayar mahal untuk masuk sekolah. Menurut saya, sekolah PT ternama di pusat itu seperti UGM, UI, dan ITB adalah aset bangsa. Sebab merupakan warisan kolonial. Biaya mahal tersebut diambil oleh pihak management. Dipasang tarif sendiri untuk memajukan pendidikan. Kalau mau jujur. Jika pihak management PT tersebut tidak akal bulus semata. Itukan sama artinya mereka berladang dipunggung orang.

Maksudnya?.

Artinya, diambil PT tersebut, lalu dipakai BHNN, BHP, dan segala macamnya. Kalau kita suruh berbaris pimpinan PT tersebut, lalu dikatakan tolong majukan PT yang ada dipinggiran daerah dan yang tidak tedaftar tersebut. Di sana mereka menjadi komandannya, lalu pasang tarif dan majukan PT tersebut. Mugkin mereka tidak mau pergi kesana. Ini disebabkan di sana tidak sapi gemuk jualanya. Kalau sekarang kan sapi gemuk PT terkenal yang dikelola dan daya jualnya tinggi. Kenapa mesti PT itu yang diambil, padahal PT tersebut sudah mapan. Nah, jadi kalau kita berbicara mencerdaskan kehidupan bangsa, kita ngomong pendidikan gratis. Apakah benar memang sudah gratis?. Lalu, kita gali data dari masyarakat, agak meragukan juga. Yang gratis tersebut yang mana. Malah pendidian semakin mahal. Sekarang sekolah SMA pun sudah memasang tarif untuk kelas-kelas tertentu. Seperti sekolah SMA yang terkenal dan favorit yang jika kita ingin masuk kesana ada tarifnya. Jadi, negara ini sudah dikuasai oeh kapitalis-kapitalis.

Bagaimana Status Bangsa Indonesia Dimata Bangsa Lain?.

Saya kira bangsa kita dengan bangsa lain sama ibaratnya tidak duduk sama rendah dan tegak sama tinggi. Malah bangsa bangsa lain tersebut melihat kebawah kepada bangsa kita Indonesia. Negara Indonesia punya reputasi buruk dalam segala hal. Daya saingnya terbawah, HDI nya juga, tingkat korupsi tinggi. Bukan reputasi tingkat nama yang terbaik. Tapi bau busuk yang kita punya. Bangsa Indonesia dipandang enteng oleh bangsa lain. Kecuali kalau orang yang sudah tahu dan mengerti tentang Indonesia. Ya, kasihanlah bangsa Indonesia. Maklumlah rezim korup. Karena kita diperintah dan dikuasai oleh rezim Jawa sejak dulu. Hegomoni ini sangat berkuasa di Indonesia. Sejak zaman Majapahit hingga sekarang. Selama pemerintah di pegang orang itu juga. Menurut saya tidak ada harapan maju. Yang terjadi pada pemerintahan saat ini hanya alon-alon klakon tapi arahnya tidak jelas. Saya tidak bisa membayangkan negera ini akan berubah kedepan. Bangsa Indonesia masih dalam kemelut panjang yang tidak keluar-keluar-nya dalam situasi kolonial.

Alasannya?.

Mengapa kita merdeka?. Kata Soekarno muda sewaktu dia berpidato zaman pergerakan, karena kita tidak ingin menjadi bangsa kuli, kuli bangsa. Namun, sekarang kita perkuli anak-anak bangsa. Kita kirim para TKI keluar negeri, tapi pulangnya bengkak-bengkak. Mana ada orang yang peduli nasib mereka. Kalau di negara-negara maju, mati warganya secara tidak wajar di luar negeri. Maka pemerintahnya berusaha dan mencari dimana kuburan warga mereka tersebut. Setelah itu di bawa pulang kenegaranya. Berbeda jika dibandingkan negara kita. Nyawa tidak ada artinya. Peradaban di luar negeri sana mereka sangat menjunjung tinggi. Amanah konstitusi benar-benar mereka jalankan sehingga mereka bisa maju dan berkembang.

Akar masalah semua ini adalah?.

Menurut saya terputusnya benang sejarah yang namanya blue print Indonesia merdeka. Ini pula yang kita tinggalkan dan kita belakangi. Kita hanya menghitung kedepan dan mengkalkulasikan kedepan mau maju atau tidak. Visi yang benar itu adalah bagaimana sejarah masa lalu. Karena sejarah masa lalu itu dan apa corak hari ini akan menentukan corak kedepan. Kalau keadaan seperti ini terus tidak ada ujung pangkalnya. Saya kira kedepan bangsa ini akan serupa ini terus. Sebab, tidak jelas mau kemana bangsa ini dibawa. Something wrong terhadap bangsa ini adalah telah terjadi discomunitas atau telah terjadi terputusnya benang sejarah cita-cita bapak bangsa yang sepertinya sudah jelas dalam cetak biru lisan mereka. Orang tidak lagi berkerjar kepada itu. Tapi, orang saat ini berkerjar kepada keuntungan sesaat.

Apa itu Contohnya?.

Misalnya antara negara dan sebuah pemerintah. Negara itu adalah sebuah sistem yang abadi dan punya kontruksi dengan Undang-Undang yang sangat jelas dengan ciri-ciri rakyatnya, konstitusinya, dan alat negaranya. Sementara pemerintah merupakan representatif negara kerjanya hanya berfikir sesaat. Apa yang akan dapat mereka buat selama saya masih menjabat. Jadi orang hanya berfikir saat dia berkuasa semata. Tidak berfikir tentang negara. Oleh sebab itu tidak ada negarawan, sebab yang ada sekarang hanyalah pemerintah dan pejabat yang tidak punya visi kedepan sebagaimana yang telah diletakan dasar oleh pendahulu itu yang terputus.

Lalu berikutnya?.

Lihat saja misalnya kejadian terakhir pada sebuah gedung dewan terhormat (DPRD) dalam memperingati 17 Agustus 2009 lalu, para anggota dewan lupa lagu Indonesia Raya. Itu sudah fakta. Menurut saya sangat memalukan sekali dan merupakan kesalahan besar. Hal ini disebabkan kesalahan yang dalam mindset mereka memang tidak ada. Negara kita telah dirasuki oleh sifat-sifat neo kolonialisme.

Apa ciri-ciri Neo kolonialisme itu?.

Ciri-ciri neo kolonialisme itu adalah ekspansi ingin lebih besar, lebih luas. Kalau bicara ingin yang besarnya saja. Dikatakan Sumbar itu kecil tanahnya, tidak punya industri, tidak punya mineral minyak. Karena apa?. Watak kita watak ingin besar. Kenapa tidak yang kecil saja yang diurus (small is beautiful). Kita urus kota Padang yang kecil ini, tapi memberikan berkah dan halal. Seperti orang tukang gunting di Angin Berembus di Kota Padang dulu. Di kawasan Imam Bonjol dulu banyak pohon-pohon tempat cukur rambut. Tapi, anak-anaknya semua kuliah di ITB. Itu karena apa?. Sebab rezeki-nya halal. Dia mendapatkan rezeki secara teratur sehingga terjadi sebuah proses yang normal. Artinya, sekarang bahasa ekspansi lebih tepat bahasa sinonimnya adalah rakus. Kita ingin segala sesuatunya lebih besar. Salah satunya di zaman Soeharto menduduki Timor-Timor. Tujuannya itu tidak lain agar kita tampak lebih besar lagi untuk nama ideologi. Padahal pada dasarnya kita melanggar konstitusi. Daerah Timor-Timor itu tidak masuk dalam peta wilayah Indonesia.

Lalu?.

Nah, kita ingin menggarap dan memperluas kebun, lautan, dan memperluas lapangan terbang. Menurut saya Bandara Tabing Padang itu cukup sebenarnya. Kita mau bicara internasional-internasional juga. Sementara dari segi pelayanannya lokal. Lihatlah WC nya saja kotor, mushalla terlalu kecil. Padahal kita terkenal dengan sebutan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Recehan baru yang mengurus bandara BIM tersebut. Lalu, ciri berikutnya diskriminatif, ini watak kolonial. Jadi, dia membeda-bedakan anak masuk sekolah adalah anak bangsawan (anak-anak ndoro-ndoro) saja. Siapa yang bisa berurusan dengan pejabat tertentu. Kalau orang kecil mana pula bisa berurusan dan bertemu dengan orang-orang besar. Sangat susah dan berbelit-belit. Ciri berikutnya adalah eksploitatif, artinya menguras sebesar-besarnya sumber daya alam dan sumber daya manusia (SDA-SDM) negeri ini. Itulah watak koloial. Namun, untungnya di zaman kolonial di bawa ke negaranya. Tetapi sekarang masuk ke dalam saku atau kantong pejabat tinggi. Orang kaya kita disini belum bisa terbayangkan dengan kekayaan orang di luar negeri.

Jadi Selanjutnya?.

Ya, jadi telah terputusnya benang sejarah dan berbaliknya bandul sejarah ke mentalited kolonial. Dimana kolonialisme sekarang watak-watak kolonialisme yang dahulu kita lawan yang sebenarnya pada saat ini tumbuh subur dan berkembang. Ketidakadilan menjadikan rakyat sebagai mangsa. Dalam hal ini kita perlu belajar kepada negara yang Perdana Menteri nya Rusia, Vladimir Putin. Dalam istilah saya, saya butuh diktator konstitusional dan berdiri lurus dengan aturan-aturan yang telah ada. Jika ada salah tidak ada alasan kompromi. Langsung beri sanksi. Di negara Rusia itu, orang-orang yang tidak becus akan tersingkir. Putin itu orangnya bersih, hutang negaranya terbayar, shaving negaranya meningkat, income perkapita rakyat naik. Putin orangnya pendiam, tapi jangan macam-macam. Namun sayang sekali di tempat kita ini terlalu banyak tolak angsurnya. Terlalu banyak wara-wiri. Peran media dan tanggungjawabnya dalam pembangunan bangsa ini juga besar.

Maksudnya?.

Peran media dalam mengisi pembangunan juga sangat besar tanggungjawabnya. Dalam mengekspos berita yang baik dan bagus serta bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya, berapa banyak angka kecelakaan lalu lintas terjadi dalam sehari dan perdetik. Untuk apa masalah penyergapan anggota teroris kemarin disorot secara berulang-ulang dengan sorotan sangat luar biasa. Menurut saya itu mengalihkan persoalan dari isu-isu pokok. Banyak hal yang lebih dahsyat problem dialami bangsa ini daripada masalah terorisme itu yang padahal mereka sendiri punya alasan untuk berbuat seperti itu. Malahan kalau kita kaji lebih mendalam kecelakaan lalu lintas yang disebutkan di atas tadi lebih besar biayanya daripada biaya kemerdekaan. Duduk kita di UGD itu, dalam tiap detik ada saja pasien korban kecelakaan lalu lintas.

Harapan Bapak Kedepan?.

Saya tidak punya harapan. Tidak ada harapan saya di Indonesia kalau keadaan bangsa ini seperti ini juga. Salah satu pelajaran yang dapat saya ambil sejak 64 tahun Indonesia merdeka adalah bahwa kita tidak pernah belajar dari sejarah. Seharusnya sudah banyak pelajaran dan pengalaman perjalanan bangsa ini kita ambil. Namun, kita tidak mau untuk mengambilnya untuk dijadikan pengalaman. [***]


sumber: http://padang-today.com/?mod=tokoh&today=detil&id=62

Template by:

Free Blog Templates