Hatimu adalah Cermin yang Mengkilap

Kau harus membersihkan debu yang menutupinya, karena hati ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia-rahasia Ilahi” (Al-Ghazali).

Rasulullah SAW bersabda: “Bagi setiap sesuatu ada pembersihnya, adapun pembersih hati adalah dzikrullah“.

Hati pun bagaikan air di kolam. Semakin tenang air di kolam tersebut, akan semakin jelas memantulkan bayangan yang berada di atasnya. Jadi untuk dapat menyerap dan memantulkan kembali cahaya Ilahi, dibutuhkan ketenangan dan ketentraman hati. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Ar Ra’d: 28).

Dzikir bagi hati bagaikan air bagi ikan. Dzikir merupakan makanan rohani yang paling bergizi.

Apa yang kau selalu sibuk dengannya, itulah yang akan terekam dan tergambar di hatimu. Maka sibukkanlah hatimu dengan meningat Allah. Tidak boleh ada ruang sedikitpun di hati selain Allah. Karena hati adalah kuil Tuhan. Itulah sebabnya mengapa kita tidak boleh menghina dan merendahkan serta menyakiti orang lain, karena di satu bagian dalam tubuhnya terdapat kuil Tuhan, apakah kau berani menghancurkannya?

Kita diperintahkan untuk membenci orang yang kafir, benci karena cinta kepada Allah. Maka sebelum menjejali hatimu dengan kebencian, isilah dulu dengan cinta, cinta kepada sesama dan cinta kepada Rasul yang berarti cinta kepada Allah. Maka segala yang diperintahkan oleh Allah dan telah pula dicontohkan oleh Rasul, kita wajib mentaatinya.

Masuknya suara memang lewat telinga, tetapi apakah tembus hingga ke hati? Telinga kita memang mendengar seruan adzan, tetapi apakah kemudian kita bergegas menuju tempat bersujud?

“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46).

Sesungguhnya tidak ada hijab antara Allah dengan dirimu, engkaulah yang menutup tebal hatimu dengan dosa-dosa kemaksiatan. Segeralah bertaubat sebelum terlambat.

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raaf: 179).

Dan carilah seorang pemandu dalam menempuh perjalanan ini. Tidak ada seorangpun yang dapat menyelamatkan dirimu kecuali atas rahmat Allah SWT.

“Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (Al-Kahfi: 57).
DAN LETAKKANLAH DUNIA DALAM TANGAN JANGAN SIMPAN DI HATI

“Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai. Pastilah bahwa mereka di akhirat nanti adalah orang-orang yang merugi.” (An-Nahl: 107-109).

Allah memang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tetapi jangan lupa bahwasanya azab dan siksa-Nya amatlah pedih.

“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (Al-Baqarah: 7)

JANGAN BIARKAN HATI MATI

ISILAH DENGAN DZIKRULLAH ( SENANTIASA INGAT ALLAH )

HANYA ISLAM YANG MENJANJIKAN KESELAMATAN DUNIA DAN AKHIRAT.

SAY TO ISLAM : SAMI'NA WA ATHO'NA ( KAMI DENGAR DAN KAMI AKAN TAAT ).
 

Cermin Hati

Cermin. Ya, cermin. Apalagi ini bukan sembarang cermin, melainkan “Cermin Hati”—sebagaimana judul buku ini—sekali lagi, semoga ada guna-manfaatnya. Apabila kita melihat cermin, tentu bisa kita bayangkan manfaat dan kegunaannya, yakni sebagai alat untuk berhias diri. Betapa repotnya jika di rumah kita tidak ada cermin: sudah rapikah kita? Apakah rambut kita masih acak-acakan? Bagaimana pula dengan wajah kita yang jerawatan?
Jika cermin yang bersifat dhahir saja sudah begitu banyak manfaatnya, apalagi dengan cermin hati! Rasulullah Saw telah menginformasikan kepada kita bahwa orang mukmin itu ibarat cermin bagi mukmin lainnya. Artinya, getaran aura orang mukmin itu bisa memantul kepada orang mukmin lainnya. Menjadi satu-kesatuan seolah tak terpisahkan.
Menurut Sayid ‘Abdullah bin Husein bin Thohir r.a, sabda Rasulullah—“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya”—itu mengandung jawami’ul kalim (kalimat yang singkat, tetapi sarat dengan makna). Artinya, hadits Rasulullah bisa dipahami oleh seseorang sesuai dengan pemahaman dan cahaya yang diberikan Allah kepadanya, baik yang bersifat lahiriah maupun batiniah.
Hati yang bersih itu adalah seperti cermin yang bening dan terang. Dengan keadaan hati yang bening seperti itu, hamba Allah tersebut mampu “menangkap” hakikat segala sesuatu yang terukir di Lauh Mahfuzd. Begitu hijab (tabir) terangkat dan cermin berada di hadapan Lauh Mahfuzd, tersingkaplah hakikat-hakikat ilmu dan terangkatnya tabir, terkadang di waktu tidur dan terkadang dalam keadaan terjaga, dan itulah kebiasaan Sufi. Dan terkadang dengan tiupan angin lembut tanpa sebab dari pihak hamba atau persiapan, sehingga berkilau di dalam hati dari belakang tabir keajaiban suatu keajaiban ilmu. Dan, menurut Al-Ghazali, puncak penyingkapan seperti itu ketika datang kematian, di mana hijab terangkat seluruhnya. Itulah yang dimaksud sabda Nabi Saw: “Semua manusia dalam keadaan tidur, maka apabila sudah mati, mereka pun terbangun.”
Hamba Allah yang telah tersingkap tabir (hijab) dikenal dengan kasyaf. Dan, itulah yang dimaksudkan perumpamaan bahwa hati orang mukmin seperti cermin. Dari cermin tersebut kemudian didapatkan ilmu-ilmu hakikat, perumpamaannya adalah seperti gambar-gambar yang terlihat di dalam cermin.
Berbahagialah Umar Bin Khathab yang hatinya selalu melihat Tuhan, sehingga Allah pun menyucikan hatinya. Begitu pula dengan Abu Bakar Ash-Shidiq; sebagaimana sabda Rasulullah: “Andaikata iman Abu Bakar ditimbang dengan iman seluruh alam selain para nabi, niscaya unggullah iman Abu Bakar.”
Memang, demikianlah bahwa hati manusia itu ada empat macam, yakni;

Pertama, hati yang terang seperti lampu, itulah hati orang mukmin.
Kedua, hati yang gelap dan terbalik, itulah hati orang kafir.
Ketiga, hati yang tertutup dan terikat pada tutupnya, itulah hati munafik.
Keempat, hati yang berlapis di mana terdapat iman dan sifat munafik.

Menurut Nabi Saw, hati manusia pun bisa berkarat seperti besi yang juga berkarat. Ada yang bertanya: “Bagaimana menghilangkannya?” Rasulullah menjawab: “Mengingat mati dan membaca al-Qur’an.”
 
Dari buku; Cermin Hati; Perjalanan Rohani Menuju Ilahi, Penerbit Tiga Serangkai Solo, 2006.

CERMIN DAN HATI

Cermin dan Hati

Cermin yang kotor, berdebu, dan kusam bisa dipastikan tidak akan mampu memantulkan kembali cahaya. Kita pun tidak akan bisa melihat dengan baik keadaan diri kita. Dalam keadaan cermin demikian paling tidak ada duakemungkinannya.

Pertama, karena cermin tersebut tidak pernah dibersihkan dan disentuh sama sekali. Atau
kedua, karena cermin tersebut dipalingkan danmenyamping atau membelakangi sumber cahaya. Karena kedua hal tersebut, cermin menjadi kotor bahkan hitam dan pekat.

Demikian halnya dengan hati manusia. Ibaratsebuah cermin, maka hati yang kotor, rusak, dan gelap bisa dipastikan tidak akan mampumemantulkan kembali cahayanya. Kita pun tidakbisa melihat dengan baik segala kekurangan dankelemahan kita. Kita sama sekali tidak bisabecermin dan mengambil sesuatu darinya.

Penyebab keadaan hati kotor, hitam, dan pekat,bisa karena dua hal. Pertama, hati kita tidak pernah dibersihkan dengan tingkat kebeningan yang sempurna. Malah sering kita tempelkan dengan noda hitam maksiat dan lumpur pekatdari aneka pengkhianatan dandosa. “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup. Dan, bagi mereka siksa yang amat berat.” (QS al-Baqarah [2]: 7).Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam sabdanya, “Setiap sesuatu ada pembersihnya.
Dan pembersih hati yang kotor adalah zikrullah.”

Kedua, hati kita tidak diarahkan kepada sumbercahaya. Ia sering berpaling, menyerong, dan menyamping dari cahaya. Bahkan, membelakangi sumber cahaya. Keadaan hati kitalebih sering diarahkan kepada sumber-sumber yang kotor atau kecipratan banyak kotoran dannoda hitam. Jika sumber cahaya adalah Allah (QSan-Nuur [18]: 35), maka sumber kotoran adalah setan. Seperti disebut dalam sebuah maqalah,“Hati ibarat sebuah wadah. Jika tidak pernah diisi dengan zikrullah maka wadah tersebut akan
penuh dengan kotoran setan.”

Orang yang bersih dari dosa, hatinya bagaikan cermin yang bening, akan begitu mudah untuk berkaca diri. Orang yang suka mengerjakan dosa-dosa kecil, hatinya buram bagaikan cermin yang berdebu, jika digunakan kurang jelas hasilnya. Orang yang suka melakukan dosabesar, hatinya gelap, bagaikan cermin yang tersiram cat hitam.

Sedangkan orang yang suka mencampuradukkanperbuatan baik dengan dosa, hatinya kacaubagaikan cermin yang retak-retak, jika digunakanakan menghasilkan visual yang tidak benar.

Adapun hati yang sudah tumpul dan mati karena pekatnya dosa, seyogianya didekati dengan alatdan energi baru, yakni melalui mujahadahdan riyadhah.Mujahadah itu adalah taubat yang serius (taubatannashuha) dan berikrar untuk taat.Sementara riyadhah, ridha untuk istiqamahmenghidupkan sunah Nabi SAW dimulaidengan qiyamul lail, tadabburQuran, shalatberjamaah di masjid, shalat dhuha, menjagawudhu, sedekah, dan terus berzikir kepada Allah.
Dengan begitu, niscaya, hati akan kembalimemantulkan cahaya, seperti cermin yangkembali bercahaya.

(OlehUstaz Muhammad Arifin Ilham)

Template by:

Free Blog Templates