Bahaya Menghina dan Mengolok-olok Agama

Segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah kepada sayyidil anam, Nabiyyina Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Allah telah menyebutkan di antara sifat orang kafir adalah menghina agama Allah 'Azza wa Jalla, Rasul-Nya, dan ayat-ayat-Nya. Allah telah menjelaskan hal itu di beberapa tempat dalam Kitab-Nya.

Allah menceritakan tentang istihya' (penghinaan, ejekan, dan olok-olokan) mereka terhadap ayat-ayat-Nya:

وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَيُجَادِلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَمَا أُنْذِرُوا هُزُواً

"Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokkan." (QS. Al Kahfi: 56)


وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ * يَسْمَعُ آيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِراً كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ * وَإِذَا عَلِمَ مِنْ آيَاتِنَا شَيْئاً اتَّخَذَهَا هُزُواً أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

"Kecelakaan besar bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa. Dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan adzab yang pedih. Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh adzab yang menghinakan." (QS. Al Jaatsiyah: 7-9)

Allah mengabarkan tentang penghinaan orang kafir terhadap Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wasallam:

وَإِذَا رَآكَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُواً أَهَذَا الَّذِي يَذْكُرُ آلِهَتَكُمْ

"Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Mereka mengatakan): "Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu?" (QS. Al Anbiya': 36)

وَإِذَا رَأَوْكَ إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُواً أَهَذَا الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ رَسُولاً

"Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan): "Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai Rasul?" (QS. Al furqaan: 41)

Allah juga menjelaskan penghinaan orang kafir terhadap semua rasul, bukan hanya Nabi¬ Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam saja. Allah Ta'ala berfirman:

وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

"Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (`adzab) olok-olokan mereka." (QS. Al An'am: 10)

وَكَمْ أَرْسَلْنَا مِنْ نَبِيٍّ فِي الْأَوَّلِينَ وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

"Berapa banyaknya nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. Dan tiada seorang nabi pun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya." (QS. Al zukhruf: 6-7)

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي شِيَعِ الْأَوَّلِينَ وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (beberapa rasul) sebelum kamu kepada umat-umat yang terdahulu. Dan tidak datang seorang rasul pun kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya." (QS. Al Hijr: 10-11)

Ayat-ayat yang membicarakan hal itu sangat banyak. Sesungguhnya menghina dien termasuk kekufuran yang banyak dilakukan orang-orang terdahulu. Kekufuran mereka dengan penolakan dan mendustakan atau dengan kesombongan dan keengganan, yang kemudian ditambah dengan penghinaan terhadap para rasul dan risalah mereka. Semua itu Allah ceritakan berkaitan dengan seluruh umat yang kafir.

Syaikh Muhammad al-Tamimi rahimahullah memasukkan hal ini sebagai pembatal Islam yang ke enam dalam risalahnya Nawaqidl al Islam (pembatal-pembatal keislaman). Dan ini merupakan bagian dari pembatal Islam terbesar.

Istihza' (penghinaan, mengejek, dan mengolok-olok terhadap dien) merupakan sifat orang kafir. Banyak orang yang mengaku Islam menjadi murtad karenanya. Buktinya, banyak para perawi yang mengabadikan kisah-kisah istihza' yang terjadi di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Ibnu Jarir dan lainnya meriwayatkan dengan sanad yang bagus, dari Abdullah bin Umar radliyallah 'anhuma: "Pada perang Tabuk, ada seorang laki-laki berkata dalam sebuah Majelis: 'kami tidak pernah melihat orang seperti para qurra' (penghafal Al-Qur'an) kita, mereka adalah orang-orang yang buncit perutnya (karena banyak makan), paling dusta lisannya dan paling pengecut saat berperang." Maksudnya adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya penghafal Al-Qur'an.

Ucapan lelaki tadi disergah dengan keras oleh 'Auf bin Malik. "Kamu dusta, kamu ini pasti seorang munafik. Aku benar-benar akan memberitahu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Lalu 'Auf datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk memberitahukan kapadanya, ternyata Al-Qur'an telah mendahuluinya.

Lalu lelaki tadi datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau berangkat menaiki ontanya. Ia mengatakan, "Wahai Rasulullah, kami hanya bermain-main dan berseloroh saja untuk mengusir kesenggangan saat menempuh perjalanan yang panjang dan memayahkan."

Ibnu Umar radliyallah 'anhuma mengatakan, "seakan-akan aku melihat lelaki itu berpegangan pada tali pengikat pelana onta Rasulullah, sementara batu mengenai kedua kakinya dan membuatnya berdarah. Ia berkata, "Kami cuma berseloroh dan bersendau gurau saja." Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan kepadanya, "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman." Beliau mengucapkan perkataan itu tanpa memalingkan wajah kepadanya, dan tidak pula menambah ucapan lain atasnya." (Ash-Sharimul Maslul, Ibnu Taimiyyah, hlm. 17, 512, 546. Dinukil dari Fatwa mati buat penghujat, Abu Bashir, hlm. 28)

Berkaitan dengan kisah tersebut, turun tiga ayat berikut ini;

يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ * وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ * لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

"Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya)". Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, sungguh kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan daripada kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa." (QS. Al Taubah: 64-66)

Beberapa orang munafikin tersebut, sebelumnya berstatus sebagai orang beriman, seperti yang Allah 'Azza wa Jalla firmankan, "sungguh kamu kafir sesudah beriman." Mereka itu mukmin secara dhahir dan batin sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah, tapi iman mereka lemah sehingga mereka melakukan istihya'.

Dalam kisah ini, pelaku kekufuran menjadi kafir tidak disyaratkan tahu bahwa perbuatannya adakah sebuah kekufuran. Tapi cukup dengan dia tahu bahwa perbuatan tersebut diharamkan. Mereka, para pencela, tidak mengetahui bahwa perbuatannya ini sebuah kekufuran, tapi mereka mengira perbuatannya tersebut bagian dosa yang tidak mengeluarkan dari iman (tidak memurtadkan), dan Allah tidak menerima udzur dari mereka itu.

Dalam kisah di atas juga mengandung faidah bahwa pathner dalam kekufuran, ridla padanya, dan berakrab ria dengan orang yang mengucapkan kalimat kufur yang menunjukkan persetujuannya, seluruhnya kafir. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ayat itu telah menghukumi kafir terhadap mereka yang berada dalam satu rombongan, tanpa mengecualikan salah seorangpun. Padahal, yang berkata hanya salah seorang mereka, dan lainnya hanya mendengarkan. Sedangkan kelompok yang Allah maafkan, dalam salah satu pendapat, adalah orang yang mengingkari mereka terhadap perkataan-perkataan kufur. Dan pendapat lain menyebutkan, bahwa kelompok yang dimaafkan adalah mereka yang bertaubat, lalu Allah memaafkan kesalahan mereka. Sedangkan kelompok yang kekeh dengan kekufurannya dan berlaku nifaq, mereka itulah yang diadzab.

Bahwa pathner dalam kekufuran, ridla padanya, dan berakrab ria dengan orang yang mengucapkan kalimat kufur yang menunjukkan persetujuannya, seluruhnya kafir.

Faidah lain dari kisah di atas adalah bahwa pelaku kekufuran akan terhapus amal shalihnya dan keluar dari Islam walaupun ia seorang yang terlihat shalih, walau ia memiliki amal shalih yang banyak yang tidak pernah dimiliki kaum muslimin. Mereka-mereka itu telah ikut berjihad dalam ghazwah al 'usrah (peperangan yang sangat berat dan sulit) yang menjadi ladang ujian terberat terhadap hamba-hamba Allah. Dan Allah telah menyucikan para peserta perang tersebut, "Sesungguhnya Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan" Kemudian mereka (para pencela dan pengolok-olok Islam) melakukan perbuatan kufur yang menyebabkan mereka keluar dari Islam sehingga amal shalih terbesarnya, berjihad dalam ghazwah al 'usrah, terhapus.

Pelaku amal-amal besar, dari kalangan ulama, mujahidin, juru dakwah, ahli infaq, tidaklah aman dari kekufuran dan tidak terjamin oleh amal-amal shalih mereka, apabila melakukan perkataan, perbuatan, dan keyakinan kufur yang menyebabkan mereka keluar dari Islam. Bahkan, Allah akan menjadikan amal-amal mereka laksana debu yang diterbangkan angin.

Bukti-bukti kekufuran para pencela dan penghina agama sangat banyak, baik dari Al Qur'an maupun al Sunnah. Di antaranya adalah:

- Firman Allah Ta'ala: QS. Al Maidah: 57-58:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُواً وَلَعِباً مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ * وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُواً وَلَعِباً ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْقِلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal." 

- Allah Ta'ala: QS. Al-Kahfi: 103-106:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً * الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعاً * أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآياتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْناً * ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُواً

"Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok."

Firman Allah Ta'ala: QS. Al Jaatsiyah: 31 dan 35, artinya:

"Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada mereka dikatakan): "Maka apakah belum ada ayat-ayat-Ku yang dibacakan kepadamu lalu kamu menyombongkan diri dan kamu jadi kaum yang berbuat dosa?" sampai ayat "Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat."

Penghinaan Terang-terangan dan Kiasan

Penghinaan yang terang-terang menyebabkan kekufuran dzahir dan batin. Pelakunya divonis kafir tanpa diberi tangguh. Terkadang seseorang berkata dengan kalimat-kalimat sindiran (kiasan) yang memiliki beberapa makna, maka pelakunya kafir secara batin dan tidak dikafirkan secara dzahir, tapi jika dibawa kepada hakim untuk diproses secara syar'i, dia disumpah tentang tujuannya. Sedangkan makna kufurnya secara batin adalah kita menghukuminya sebagai orang Islam sesuai dzahir yang nampak, dan jika bermaksud istihza' (menghina Islam) maka dia kafir secara hakikat.

Penghinaan yang terang-terang menyebabkan kekufuran dzahir dan batin. Pelakunya divonis kafir tanpa diberi tangguh.

Kalimat sindiran terkadnag mengandung makna menghina dan selainnya, atau dengan kalimat penghinaan yang jelas tapi tidak menjelaskan apa yang dia hina yang mengandung penghinaan terhadap Allah, Rasul-Nya, ayat-ayat-Nya, namun juga mengandung makna penghinaan terhadap yang lain. Bentuk lain ejekan sindiran (kiasan) dengan ucapan jelas yang menghina seseorang, namun mengandung makna anatara penghinaan terhadap pribadinya atau penghinaan terhadap dien. Dan mayoritas bentuk penghinaan kaum munafikin pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berupa sindiran atau kiasan. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberitahu mereka tantang penghinaan tersebut, namun hukum dan sangsi tidak diterapkan kecuali atas perkara yang jelas dengan saksi dan bukti. Allah Ta'ala berfirman:

وَلَوْ نَشَاءُ لَأَرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ

"Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka." (QS. Muhammad: 30)

Kesalahan yang sering terjadi dalam menghukumi para pencela pemeluk Islam dan tokoh-tokohnya seperti ulama, mujahid, dan lainnya adalah tanpa membedakan dua hal:
Pertama, menghina agama Islam atau tokohnya karena Islamnya. Contohnya: orang yang menghina ulama syari'ah, menghina ilmu syar'i yang disampaikan ulama, atau menghina mujahidin karena jihad mereka, atau menghina syariat jihad fi sabilillah, atau menghina ulama Islam secara keseluruhan tanpa pengecualian, atau menghina para mujahidin dan medan jihad tanpa pengecualian dengan sebuah konsekuensi bahwa yang dihina adalah agama.

Kedua, menghina tokoh Islam bukan karena agamanya. Contohnya, orang yang menghina seorang alim atau mujahid karena tingkah lakunya atau ucapannya atau kebiasaan-kebiasaan yang bukan bagian dari dien. Contoh lainya, menghina seorang alim yang sebenarnya bukan ulama atau dia seorang ulama su' (ualam buruk) yang Allah peringatkan dalam kitab-Nya. Contoh lainnya, menghina seorang mujahid, yang menurut penilainnya bukan mujahid sebenarnya, atau karena jihadnya batil. Semua ini, walaupun masuk kategori dosa besar dalam satu sisi, namun pelakunya tidak dikafirkan sehingga penghinaanya ditujukan kepada dien Islam.

Orang yang mengolok-olok jenggot dan menyebutnya Vacuum Cleaners, sapu, atau kemoceng; maka dia kafir tanpa diragukan.

Di antara contohnya adalah orang yang mengolok-olok jenggot dan menyebutnya Vacuum Cleaners, sapu, atau kemoceng; maka dia kafir tanpa diragukan. Sedangkan orang yang menghina jenggot seseorang tertentu, yang olok-oloknya terhadap bentuk jenggotnya saja bukan keumumuman jenggot, bukan juga hukum memanjangkan jenggot, maka orang ini tidak dikafirkan walupun dia melakukan kefasikan dan dosa.

Tidak boleh terburu-buru mengafirkan hanya sebatas mendengar kalimat ejekan tanpa meneliti dan mengkroscek bentuk penghinaannya, kemana ditujukan?

Tidak boleh terburu-buru mengafirkan hanya sebatas mendengar kalimat ejekan tanpa meneliti dan mengkroscek bentuk penghinaannya, kemana ditujukan? Wallahu a'lam bil Shawab.

Oleh: Badrul Tamam
• Rujukan Utama: Masa-il fii al I'tiqaad; karya Farhan bin Masyhur al Ruwaili

Template by:

Free Blog Templates