By Admin Islampos on March 14, 2013
Barangsiapa
selalu menjaga dan memenuhi panggilan shalat, maka seolah-olah ia
menjaga dirinya sendiri. Pembalasan itu tergantung pada amal perbuatan,
sebagaimana firman Allah:
“Ingatlah kalian kepada-Ku, maka Aku akan ingat kepada kalian.” (Al-Baqarah [2]: 152)
“Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad [47]: 7)
Sepertinya,
pada ayat-ayat di atas dikatakan, “jagalah shalat, supaya Tuhan yang
menyuruhmu shalat menjagamu.” Atau “Jagalah shalat, sehingga shalat itu
akan menjagamu.”
Shalat menjaga diri orang yang bershalat dalam beberapa hal, diantaranya:
- Menjaga dari kemaksiatan. Firman Allah: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.” (Al-Ankabut [29]: 45). Barangsiapa menjaga shalat, maka shalat akan menjaganya dari perbuatan keji.
- Menjaganya dari ujian dan cobaan. Allah Wst berfirman, “Jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu.” (Al-Baqarah [2]: 45)
- Menjaganya dari siksa kubur dan siksa api neraka pada hari kiamat. Orang yang melakukan shalat berarti berada dalam perlindungan dan penjagaan Allah. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa menjalankan shalat shubuh, niscaya ia berada dalam tanggungan Allah. Allah tidak meminta ganti tanggungan-Nya dengan sesuatu apapun. Barangsiapa meminta tanggungan-Nya dengan sesuatu, maka ia akan menemukannya, kemudian menelungkupkan wajahnya di dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim)
Barangsiapa
tidak mau menjalankan shalat, berarti ia telah mengahdapkan dirinya
kepada bahaya yang telah dijanjikan oleh Allah, yaitu mencabut
pertolongan-Nya dari dirinya. Akibatnya, tidak ada lagi tempat
berlindung bagi dirinya. Setelah Allah meninggalkannya, ia pun akan
mendapatkan dirinya berhadapan sendirian dengan setan.
Sebagaimana
orang saleh mengatakan, “Demi Allah, tidak ada musuh yang memusuhimu,
kecuali setelah engkau meninggalkan Allah. Jangan kau kira musuh telah
menang, tetapi Allah Sang Penjaga-lah yang telah berpaling.”
Rasulullah
Saw bersabda, “Barangsiapa melakukan shalat shubuh, niscaya ia berada
dalam tanggungan-Nya. Barangsiapa mengabaikan tanggungan Allah, maka
Allah akan membenamkan wajahnya ke dalam neraka.”
Diriwayatkan
bahwa Al-Hajjaj memerintahkan Salim bin Abdullah untuk membunuh seorang
laki-laki, kemudian Salim berkata kepada laki-laki tersebut, “Apakah
engkau melakukan shalat shubuh?” laki-laki itu menjawab, “Ya.” Ia
(Salim) berkata, “Pergilah.” Setelah itu, Al-Hajjaj berkata kepada
Salim, “Apa yang mencegahmu dari membunuhnya?” Salim berkata, “Bapak
saya telah menceritakan kepada saya bahwasanya ia pernah mendengar
Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa menjalankan shalat shubuh, niscaya
Allah berada di sampingnya sepanjang hari.” Maka dari itu, aku benci
untuk membunuh seseorang yang didampingi oleh Allah.”
Kemudian
Al-Hajjaj bertanya kepada Ibnu Umar ra “Apakah kamu telah mendengar
[riwayat] ini [dari Rasulullah]?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.”
Abu
Hurairah ra berkata, Rasulullah bersabda, “Jika engkau keluar dari
rumahmu, maka bershalatlah dua rakaat; niscaya tercegahlah kamu dari
jalan keluar yang buruk. Dan jika engkau masuk ke dalam rumahmu, maka
bershalatlah dua rakaat; niscaya akan tercegahlah kamu dari jalan masuk
yang buruk.”
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman,
“Wahai anak Adam! Cukupkanlah untuk-Ku empat rakaat (shalat) pada
permulaan hari (pagi), niscaya Aku akan mencukupimu dengannya pada
penutup hari (sore).”
Shalat adalah pelindung dan penjaga.
Barangsiapa menelantarkan shalat, maka Allah akan menelantarkannya.
Allah pun menghukumnya dengan menjadikan setan sebagai temannya.
Akibatnya, setan tidak akan berpisah dengannya, baik pada waktu ia diam
maupun berjalan, dan ia (setan) akan menjadi teman hidupnya.
Setan adalah seburuk-buruk teman. Allah berfirman:
“Barangsiapa
berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur’an), kami
adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi
teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu
benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar, tetapi mereka
menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. Sehingga apabila orang yang
berpaling itu dating kepada Kami (di hari kiamat), dia berkata, “Aduhai,
semoga (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara masyriq dan
maghrib, maka setan itu adalah sejahat-jahatnya teman yang menyertai
manusia.” (Harapanmu) itu sekali-kali tidak akan memberi manfaat
kepadamu di hari itu karena kamu bersekutu dalam azab itu.” (Az-Zukhruf
[43]: 36-39)
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Jika ada tiga orang
(muslim), baik di kota maupun di desa, dan tidak didirikan shalat pada
mereka (bertiga), maka setan tentu menguasai mereka. Tetaplah kalian
pada kelompok, karena sesungguhnya srigala akan memakan (anak kambing)
yang jauh (dari kelompoknya).”
Nabi Saw telah menerangkan bahwa setan adalah srigalanya manusia dan ia adalah musuh yang paling memusuhi.
Sebagian
ulama salaf berkata, “Aku melihat seorang hamba dihempaskan diantara
Allah dan setan. Bilamana Allah berpaling darinya, maka setan akan
menguasainya. Jika Allah menguasainya, maka setan tidak akan berkuasa
atas diri si hamba itu.” [yudistira adi maulana/islampos]