Salah satu sisi kehidupan yang patut diteladani dari pribadi Rasulullah adalah pola hidup sehat. Pendekatan yang digunakan Rasulullah adalah pola preventif yang sejalan dengan disiplin ilmu kesehatan masyarakat.
“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia,” Demikian sabda Nabi Muhammad SAW.
Perihal kesehatan dan masalah penyakit telah disebutkan dalam Al-Quran:
”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman.” (QS.Yunus: 57).
SEHAT CARA RASULULLAH SAW
Berdasarkan
sejarah hidup Rasulullah, tercatat hanya dua kali menderita sakit yakni
setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira. Saat itu tubuh Rasulullah
mendadak demam karena mengalami ketakutan yang amat sangat. Sedang
peristiwa sakit yang kedua Rasulullah pada saat menjelang meninggalnya.
Fakta ini mengindikasikan bahwa Rasulullah memiliki ketahanan fisik yang
luar biasa. Sementara kondisi alam di Jazirah Arab ketika itu sangat
keras, tandus, panas di siang hari dan dingin di malam hari.
Dalam
Shahih Bukhari, terdapat 80 hadits yang membicarakan masalah kesehatan
pribadi Rasulullah. Belum lagi yang dibahas pada kitab Shahih lainnya
seperti Shahih Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi, dan Shahih Ahmad.
Rasulullah dalam hidupnya sangat peduli pada kesehatan, baik kesehatan
dirinya maupun kesehatan pada umatnya. Ajarannya pada aspek kesehatan
menekankan pada pola pencegahan daripada pengobatan.
Ada
dua pola hidup sehat yang menonjol dan relevan dengan disiplin ilmu
kesehatan masyarakat yakni kesehatan individu dan masalah pengaturan
gizi kesehatan. Pada aspek kesehatan individu, Rasulullah senantiasa
menjaga kebersihan dirinya seperti rajin memotong kuku, mencuci dan
memotong rambut serta menggosok gigi. Kegiatan memotong kuku dan rambut
dilakukan setiap hari Kamis atau hari Jum'at setiap pekan.
Hal
lainnya terkait dengan kesehatan individu Rasulullah adalah membatasi
makanan didalam perut. Rasulullah menganjurkan umatnya agar menyediakan
ruang di dalam perut untuk tiga hal yakni udara, air dan makanan.
Ketiganya harus diisi secara seimbang masing-masing sekitar sepertiga
isi perut. Sebagaimana Sabda Rasul:
“Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami makan tidak terlalu banyak (tidak sampai kekenyangan)”.
Pada
aspek pengendalian gizi, Rasulullah selalu menjaga makanan yang
dikonsumsinya. Dalam hidupnya Rasulullah kerap mengonsumsi kurma baik
kurma kering maupun kurma basah. Anjuran mengonsumsi kurma beberapa kali
disebutkan dalam Al-Quran:
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman di atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ra’du: 4)
“Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun.” (QS. Qaaf: 10)
Menyangkut keajaiban kurma, Rasulullah bersabda sebagaimana diriwayatkan Abu Daud dan Tirmidzi. Dari Anas (ra):
“Rasulullah SAW berbuka puasa sebelum shalat dengan memakan kurma segar, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, dan kalau tidak ada beliau meminum beberapa teguk air.”
POLA HIDUP RASULULLAH
Selama ini kita mengenal dua bentuk pengobatan. Pengobatan sebelum terjangkit penyakit/pencegahan (Ath-Thib Al-Wiqa`i),
dan pengobatan setelah terjangkit penyakit (Ath-Thib Al-`Ilaji). Nah,
dengan mencontoh pola makan Rasulullah, kita sebenarnya sedang menjalani
terapi pencegahan penyakit dengan makanan (At-Tadawi bil Ghidza`). Ini tentu jauh lebih baik daripada kita harus “berhubungan” dengan obat-obat kimia.
Dalam setiap aktifitas dan pola hidupnya, Rasulullah memang sudah disiapkan untuk menjadi contoh teladan bagi semua manusia., termasuk dalam hal pola makan.
Ini bukan perkara
remeh. Sebab salah satu faktor penting penunjang fisik prima Rasulullah
adalah kecerdasan beliau dalam memilih menu makanan dan mengatur pola
konsumsinya.
1. Hal pertama yang menjadi menu keseharian Rasulullah adalah udara segar di waktu subuh.
Sudah
umum diketahui bahwa udara pagi kaya dengan oksigen dan belum terkotori
oleh zat-zat lain. Ini ternyata sangat besar pengaruhnya terhadap
vitalitas seseorang dalam aktifitasnya selama sehari penuh. Maka tidak
usah heran ketika kita tidak bangun di waktu subuh, kita menjadi terasa
begitu malas untuk beraktifitas.
2. Selanjutnya Rasulullah menggunakan siwak untuk menjaga kesehatan mulut dan giginya.
3. Lepas subuh, Rasulullah membuka menu sarapannya dengan segelas air yang dicampur dengan sesendok madu asli.
Khasiatnya luar biasa. Dalam Al-Qur`an, kata “syifa”
(kesembuhan) yang dihasilkan oleh madu, diungkapkan dengan isim
nakirah, yang berarti umum, menyeluruh. Ditinjau dari ilmu kesehatan,
madu berfungsi membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus,
menyembuhkan sembelit, wasir dan peradangan. Dalam istilah orang arab,
madu dikenal dengan “Al-Hafidz Al-Amin”, karena bisa menyembuhkan luka bakar.
4. Masuk waktu dhuha, Rasulullah selalu makan tujuh butir kurma ajwa`/matang.
Sabda beliau:
“Barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun.”
Dan
ini terbukti ketika seorang wanita yahudi menaruh racun dalam makanan
Rasulullah dalam sebuah percobaan pembunuhan di perang Khaibar, racun
yang tertelan oleh beliau kemudian bisa dinetralisir oleh zat-zat yang
terkandung dalam kurma. Bisyir ibnu Al-Barra`, salah seorang sahabat
yang ikut makan racun tersebut, akhirnya meninggal. Tetapi Rasulullah
selamat. Apa rahasianya? Tujuh butir kurma! Mengapa Tujuh? (Baca:
Misteri Di Balik Keistimewaan Angka 7)
Dalam sebuah
penelitian di Mesir, penyakit kanker ternyata tidak menyebar ke
daerah-daerah yang penduduknya banyak mengkonsumsi kurma. Belakangan
terbukti bahwa kurma memiliki zat-zat yang bisa mematikan sel-sel
kanker. Maka tidak perlu heran kalau Allah menyuruh Maryam (ra), untuk
makan kurma di saat kehamilannya. Sebab memang itu bagus untuk kesehatan
janin.
Dahulu, Rasulullah selalu berbuka puasa dengan
segelas susu dan kurma, kemudian shalat maghrib. Kedua jenis makanan itu
kaya dengan glukosa, sehingga langsung menggantikan zat-zat gula yang
kering setelah seharian berpuasa. Glukosa itu sudah cukup mengenyangkan,
sehingga setelah shalat maghrib, tidak akan berlebihan apabila
bermaksud untuk makan lagi.
5. Menjelang sore hari, menu Rasulullah selanjutnya adalah cuka dan minyak zaitun.
Tentu
saja bukan cuma cuka dan minyak zaitunnya saja, tetapi dikonsumsi
dengan makanan pokok, seperti roti misalnya. Manfaatnya banyak sekali,
di antaranya mencegah lemah tulang dan kepikunan di hari tua,
melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol dan memperlancar
pencernaan. Ia juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga suhu
tubuh di musim dingin.
Ada kisah menarik sehubungan dengan buah tin dan zaitun, yang Allah bersumpah dengan keduanya. Dalam Al-Qur’an, kata “At-Tin” hanya ada satu kali, sedangkan kata “Az-Zaytun”
diulang sampai tujuh kali. Seorang ahli kemudian melakukan penelitian,
yang kesimpulannya, jika zat-zat yang terkandung dalam tin dan zaitun
berkumpul dalam tubuh manusia dengan perbandingan 1:7, maka akan
menghasilkan ”ahsani taqwim”, atau tubuh yang sempurna, sebagaimana tercantum dalam surat At-Tin. Subhanallah!
Syaikh
Ahmad Yasin adalah salah seorang yang rutin mengkonsumsi jenis makanan
ini, sehingga wajarlah beliau tetap sehat, kuat dan begitu menggentarkan
para Yahudi, meskipun lumpuh sejak kecil. Kalau saja beliau tidak
lumpuh, barangkali sudah habis para Yahudi Israel itu.
6. Di malam hari, menu utama Rasulullah adalah sayur-sayuran.
Beberapa riwayat mengatakan, beliau selalu mengkonsumsi Sana Al-Makki dan Sanut. Anda kenal nama tersebut? Di Mesir, kata Dr. Musthafa, keduanya mirip dengan Sabbath dan Ba`dunis.
Masih tidak kenal juga? Dr. Musthafa kemudian menjelaskan, secara umum
sayur-sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama, yaitu
memperkuat daya tahan tubuh dan melindunginya dari serangan penyakit.
Jadi, asalkan namanya sayuran, sepanjang itu halal, Insya Allah bergizi
tinggi. Maka, para penggemar kangkung dan bayam tidak usah panik. Para
pedagang tauge juga tidak perlu pindah haluan. OK?
Di
samping menu wajib di atas, ada beberapa jenis makanan yang disukai
Rasulullah tetapi beliau tidak rutin mengkonsumsinya. Di antaranya Tsarid,
yaitu campuran antara roti dan daging dengan kuah air masak. Jadi ya
kira-kira seperti bubur ayam begitulah. Kemudian beliau juga senang
makan buah Yaqthin atau labu manis, yang terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian beliau juga senang makan anggur dan Hilbah.
Sekarang
masuk pada tata cara mengkonsumsinya. Ini tidak kalah pentingnya dengan
pemilihan menu. Sebab setinggi apapun gizinya, kalau pola konsumsinya
tidak teratur, akan buruk juga akibatnya. Yang paling penting adalah
menghindari Israf, atau berlebihan.
Kata Rasulullah:
“Cukuplah bagi manusia itu beberapa suap makanan, kalaupun harus makan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk air minumnya dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (Al-Hadits).
Ketika
seseorang terlalu banyak makanannya, maka lambungnya akan penuh dan
pernafasannya tidak bagus, sehingga zat-zat yang terkandung dalam
makanan tersebut menjadi tidak berfungsi dengan baik. Imbasnya, kondisi
fisik menjadi tidak prima, dan aktifitas pun tidak akan maksimal.
Dr. Musthafa menekankan bahwa Asy-Syab`u, yang berarti kenyang itu bukan Al-Imtila`,
atau memenuhi. Tetapi kenyang adalah tercukupinya tubuh oleh zat-zat
yang dibutuhkannya, sesuai dengan proporsi dan ukurannya. Jadi ini
penting! Jangan kekenyangan!
Kemudian Rasulullah juga melarang untuk Idkhal Ath-Thoam Alath-Thoam, alias makan lagi sesudah kenyang.
Suatu
hari, di masa setelah wafatnya Rasulullah, para sahabat mengunjungi
Aisyah (ra). Waktu itu Daulah Islamiyah sudah sedemikian luas dan
makmur. Lalu, sambil menunggu Aisyah (ra), para sahabat yang sudah
menjadi orang-orang kaya, saling bercerita tentang menu makanan mereka
yang meningkat dan bermacam-macam. Aisyah (ra) yang mendengar hal itu
tiba-tiba menangis.
“Apa yang membuatmu menangis, wahai bunda?” Tanya para sahabat.
Aisyah (ra) lalu menjawab:
“Dahulu Rasulullah tidak pernah mengenyangkan perutnya dengan dua jenis makanan. Ketika sudah kenyang dengan roti, beliau tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma, beliau tidak akan makan roti”.
Dan penelitian membuktikan bahwa
berkumpulnya berjenis-jenis makanan dalam perut telah melahirkan
bermacam-macam penyakit. Maka sebaiknya jangan gampang tergoda untuk
makan lagi, kalau sudah yakin bahwa anda sudah kenyang.
Rasulullah tidak makan dua jenis makanan panas atau dua jenis makanan yang dingin secara bersamaan.
Beliau juga tidak makan ikan dan daging dalam satu waktu dan juga tidak
langsung tidur setelah makan malam, karena tidak baik bagi jantung.
Beliau juga meminimalisir dalam mengkonsumsi daging, sebab terlalu
banyak daging akan berakibat buruk pada persendian dan ginjal.
Sayyidina Umar (ra) berpesan:
”Jangan kau jadikan perutmu sebagai kuburan bagi hewan-hewan ternak!”
DIET RASULULLAH SAW
Tahu nggak?
Seorang Ustadz, Abdullah Mahmood, mengungkapkan:
“Rasulullah tak pernah sakit perut sepanjang hayatnya karena pandai menjaga makanannya sehari-hari. Insya Allah kalau anda ikut diet Rasullullah ini, anda takkan menderita sakit perut ataupun keracunan makanan.”
Berikut ini detailnya :
* Jangan makan SUSU bersama DAGING
* Jangan makan DAGING bersama IKAN
* Jangan makan IKAN bersama SUSU
* Jangan makan AYAM bersama SUSU
* Jangan makan IKAN bersama TELUR
* Jangan makan IKAN bersama DAUN SALAD
* Jangan makan SUSU bersama CUKA
* Jangan makan BUAH bersama SUSU, contoh: -cocktail
Aturan dan Cara Makan:
1. Jangan makan buah setelah makan nasi, sebaliknya makanlah buah terlebih dahulu baru makan nasi.
2. Tidur 1 jam setelah makan tengah hari. Dengan syarat agar kita bisa bangun untuk shalat malam.
3. Jangan sesekali makan malam. “Barangsiapa yang tinggal makan malam, dia akan dimakan usia, dan kolesterol dalam badan akan meningkat.”
Memang sulit mengamalkannya, tapi kalau tak percaya cobalah!
Pengaruhnya
tidak dalam jangka pendek atau tidak dalam waktu singkat. Cara makan
ini akan berpengaruh bila kita sudah tua nanti. Dalam kitab juga
melarang kita makan makanan darat bercampur dengan makanan laut. Nabi
pernah mencegah kita makan ikan bersama ayam. karena akan cepat mendapat
penyakit. Ini terbukti oleh ilmuwan yang menemukan bahwa dalam daging
ayam mengandung ion+ sedangkan dalam ikan mengandung ion-, jika dalam
makanan kita ayam bercampur dengan ikan maka akan terjadi reaksi
biokimia yang akan dapat merusak usus kita.
Kemudian saya paparkan untuk anda tips hidup sehat ala Rasulullah berikut ini:
1. Selalu Bangun Sebelum Subuh
Rasul selalu mengajak ummatnya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan shalat sunah dan shalat fardhu subuh berjamaah.
Hal ini memberi hikmah yang mendalam antara lain:
- Berlimpah pahala dari Allah
- Kesegaran udara subuh yang bagus untuk kesehatan/terapi penyakit TBC
- Memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan
2. Aktif Menjaga Kebersihan
Rasulullah selalu senantiasa rapi dan bersih. Tiap hari kamis atau Jum’at beliau mencuci rambut-rambut halus di pipi, selalu memotong kuku, bersisir dan berminyak wangi.
“Mandi pada hari Jumaat adalah wajib bagi setiap orang-orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai harum-haruman.” (HR. Muslim)
3.Tidak Pernah Banyak Makan
Sabda Rasul:
“Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami makan tidak terlalu banyak (tidak sampai kekenyangan).“ (Muttafaq Alaih)
Dalam tubuh manusia ada 3 ruang untuk 3 benda:
“Sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air dan sepertiga lainnya untuk makanan.”
4. Gemar Berjalan Kaki
Rasulullah
SAW selalu berjalan kaki ke Masjid, Pasar, medan jihad, mengunjungi
rumah sahabat, dan sebagainya. Dengan berjalan kaki, keringat akan
mengalir, pori- pori terbuka dan peredaran darah akan berjalan lancar.
Ini penting untuk mencegah penyakit jantung.
5. Tidak Pemarah
Nasihat Rasulullah:
“Jangan Marah” diulangi sampai 3x.
Ini
menunjukkan hakikat kesehatan dan kekuatan Muslim bukanlah terletak
pada jasadiyah belaka, tetapi lebih jauh yaitu dilandasi oleh kebersihan
dan kesehatan jiwa.
Ada terapi yang tepat untuk menahan marah:
- Mengubah posisi ketika marah, bila berdiri maka duduk, dan bila duduk maka berbaring.
- Membaca ta‘awwudz, karena marah itu dari Syaithan.
- Segeralah berwudhu.
- Shalat 2 Rakaat untuk meraih ketenangan dan menghilangkan kegundahan hati.
6. Optimis dan Tidak Putus Asa
Sikap
optimis akan memberikan dampak psikologis yang mendalam bagi kelapangan
jiwa sehingga tetap sabar, istiqamah dan bekerja keras, serta tawakkal
kepada Allah SWT.
7. Tak Pernah Iri Hati
Untuk
menjaga stabilitas hati, kesehatan jiwa dan mentalitas maka menjauhi
iri hati merupakan tindakan preventif yang sangat tepat.
“Ya Allah, bersihkanlah hatiku dari sifat sifat mazmumah (tercela ) dan hiasilah diriku dengan sifat sifat mahmudah (terpuji).”
CARA RASULULLAH MENJAGA KESEHATAN
Ada lima cara Rasulullah menjaga kesehatan:
PERTAMA: Selektif terhadap makanan.
Tidak ada makanan yang masuk ke mulut beliau, kecuali makanan tersebut memenuhi syarat halal dan thayyib (baik). Halal berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu halal cara mendapatkannya dan halal barangnya. Sedangkan thayyib
berkaitan dengan urusan duniawi, seperti baik tidaknya atau bergizi
tidaknya makanan yang dikonsumsi. Salah satu makanan kegemaran
Rasulullah adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang dicampur air
untuk membersihan air liur dan pencernaan.
Rasul bersabda:
“Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Al-Qur’an.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).
KEDUA: Tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.
Aturannya,
kapasitas perut dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sepertiga untuk
makanan (zat padat), sepertiga untuk minuman (zat cair), dan sepertiga
lagi untuk udara (gas).
Rasulullah bersabda:
”Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan.” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
KETIGA: Makan dengan tenang, tidak tergesa-gesa, dengan tempo sedang.
Apa
hikmahnya? Cara makan seperti ini akan menghindarkan tersedak,
tergigit, kerja organ pencernaan pun jadi lebih ringan. Makanan pun bisa
dikunyah dengan lebih baik, sehingga kerja organ pencernaan bisa
berjalan sempurna. Makanan yang tidak dikunyah dengan baik akan sulit
dicerna. Dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan kanker di usus besar.
KEEMPAT: Cepat tidur dan cepat bangun.
Beliau
tidur di awal malam dan bangun pada pertengahan malam kedua. Biasanya,
Rasulullah SAW bangun dan bersiwak, lalu berwudhu dan shalat sampai
waktu yang diizinkan Allah. Beliau tidak pernah tidur melebihi
kebutuhan, namun tidak pula menahan diri untuk tidur sekadar yang
dibutuhkan.
Penelitian Daniel F Kripke, ahli psikiatri
dari Universitas California menarik untuk diungkapkan. Penelitian yang
dilakukan di Jepang dan AS selama 6 tahun dengan responden berusia
30-120 tahun mengatakan bahwa orang yang biasa tidur 8 jam sehari
memiliki resiko kematian yang lebih cepat. Sangat berlawanan dengan
mereka yang biasa tidur 6-7 jam sehari.
Nah, Rasulullah
SAW biasa tidur selepas Isya untuk kemudian bangun malam. Jadi beliau
tidur tidak lebih dari 8 jam. Cara tidurnya pun sarat makna.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam buku Metode Pengobatan Nabi
mengungkapkan bahwa Rasulullah tidur dengan memiringkan tubuh ke arah
kanan, sambil berzikir kepada Allah hingga matanya terasa berat.
Terkadang beliau memiringkan badannya ke sebelah kiri sebentar, untuk
kemudian kembali ke sebelah kanan. Tidur seperti ini merupakan tidur
paling efisien. Pada saat itu makanan bisa berada dalam posisi yang pas
dengan lambung sehingga dapat mengendap secara proporsional. Lalu
beralih ke sebelah kiri sebentar agar proses pencernaan makanan lebih
cepat karena lambung mengarah ke lever, baru kemudian berbalik lagi ke
sebelah kanan hingga akhir tidur agar makanan lebih cepat tersuplai dari
lambung. Hikmah lainnya, tidur dengan miring ke kanan menyebabkan
beliau lebih mudah bangun untuk shalat malam.
KELIMA: Istiqamah melakukan puasa sunnat, di luar puasa Ramadhan.
Karena itu, kita mengenal beberapa puasa sunnat yang beliau anjurkan, seperti Senin Kamis, ayyamul bith,
puasa Daud, puasa enam hari di bulan Syawal, dan lain-lain. Puasa
adalah perisai terhadap berbagai macam penyakit jasmani maupun ruhani.
Pengaruhnya dalam menjaga kesehatan, melebur berbagai berbagai ampas
makanan, menahan diri dari makanan berbahaya sangat luar biasa. Puasa
menjadi obat penenang bagi stamina dan organ tubuh sehingga energinya
tetap terjaga. Puasa sangat ampuh untuk detoksifikasi (pembersihan
racun) yang sifatnya total dan menyeluruh.
Selain lima cara hidup sehat ini, masih banyak kebiasaan Rasulullah SAW yang layak kita teladani. Dalam buku Jejak Sejarah Kedokteran Islam,
Dr. Ja’far Khadem Yamani mengungkapkan lebih dari 25 pola hidup
Rasulullah berkait masalah kesehatan, sebagian besar bersifat
pencegahan. Di antaranya cara bersuci, cara ”memanjakan” mata, keutamaan
berkhitan, keutamaan senyum, dan sebagainya.
Yang tak
kalah penting dari ikhtiar lahir, Rasulullah sangat mantap dalam ibadah
ritualnya, khususnya dalam shalat. Beliau pun memiliki keterampilan
paripurna dalam mengelola emosi, pikiran dan hati. Penelitian-penelitian
terkini dalam bidang kesehatan membuktikan bahwa kemampuan dalam
memanage hati, pikiran dan perasaan, serta ketersambungan yang intens
dengan Dzat Yang Maha Tinggi akan menentukan kualitas kesehatan
seseorang, jasmani maupun ruhani.
Sungguh!! Maha Besar Allah yang telah mengutus seorang suri tauladan dari kalangan manusia, seandainya engkau mengutus dari kalangan malaikat niscaya, semakin keras bantahan manusia.